Rebana Ketimpring ada dua macam yakni Rebana Ngarak dan Rebana Maulid. Namun ada juga permainan kolaborasi teknik tarian silat dengan teknik ketimpring.
Di samping itu Rebana Ketimpring merupakan nama salah satu kesenian yang ada di Betawi beberapa tempat masih membudayakan permainan budaya ini seperti Cawang, Tomang, dan Jati pulo. Rebana ngarak yang dimainkan adalah saat mengarak pengantin perempuan. Asal mula munculnya Rebana Ketimpring sebenarnya mempunyai tiga versi. Pendapat pertama menyebutkan bahwa, kesenian ini muncul dari bocah penggembala sapi yang memukul tudung cetok-nya sambil bernyanyi. Pendapat kedua mengatakan bahwa kesenian rebana muncul dari seorang tukang yang membuat karton bernama Sarmada. Bersama dengan pembantunya setiap hari menumbuk kardus sehingga tercipta sebuah irama. Lama kelamaan suara tumbukan tersebut dipelajari, Bekerja sama dengan Sa'dan dari Sumur Batu dan seorang ahli agama bernama Mu'min dari Gandrong Kelurahan Rawa Buaya (melengkapi dengan tepukan Hadra) sehingga menghasilkan kesenian Rebana Ketimpring, dan yang ketiga pengaruh tamu Turki (Arab) saat kemenangan Fatahillah di Betawi hanya bentuknya dan permainannya disesuaikan oleh penduduk lokal Betawi.
Irama dalam ketimpring meliputi delapan macam tepukan, dengan perpindahan tepukan yang disebut "tokse", Nama tepukannya meliputi pineang satu, pincang dua, seramba, pincang siir, pincang gambus, pincang serong, pincang kwitang, dan pincang empat. Dalam penampilannya Rebana Ketimpring mempunyai fungsi sebagai Rebana Ngarak dan Rebana Maulid.
Pengaruh silatnya adalah menyembunyikan gerakan-gerakan silat dan langkah kaki dari setiap tepukan menjadi sebuah tarian penyambutan.