Silahturahmi dan Halal Bihalal Golok Tradisional Indonesia "Semarak Pejuangan Kebudayaan"
Mentari pagi menyinari depan gerbang di Taman Melati di dalam tempat rekreasi Taman Mini Indonesia Indah. Banyak orang-berjalan membawa golok-goloknya melewati sebuah gerbang menuju pendopo Taman Melati, keramahan terlihat disana telingakupun mendengar alunan gendang dan musik tradisional yang sangat indah hingga menambah kehangatan persaudaraan disana. kamipun mendekat dan memasuki ruangan Pendopo Taman Melati yang tenyata telah diadakan acara Silahturahmi dan Halal Bihalal Golok Tradisional Indonesia yang diadakan oleh pihak GTI (Golok Tradisional Indonesia) dengan tema "Semarak Pejuangan Kebudayaan" pada tanggal 17 Agustus 20016. Di dalam, penuh dengan kumpulan orang-orang komunitas pecinta golok, para pesilat berbagai peguruan-perguruan, dan kolektor golok, para pembuat golok dan para kesepuhan disana. Dengan keramahan mereka tersenyum menyambut para tamu yang datang, kamipun membalas senyumannya.
Bang Hakim, Bang Anggi , Bang Andito dan para pendekarpun menyambut kami dengan kata-kata selalu terngiang bagi kami "Disini dengan Golok kita jadi saudara bang".
Dalam wawancara Bang Anggi menjelaskan bahwa, "Kita lagi mengadakan silahturahmi membentuk rasa persaudaraan dari komunitas Golok Tradisional Indonesia dan masih dalam taraf mencoba mengkumpulkan para pecinta golok dari seluruh Indonesia dahulu, baru kita menyatukan visi dan misi kita, sekalian acara menyambut Hari Kemerdekaan Indonesia".
"Golok di Indonesia adalah salah satu senjata tertua yang ada sampai sekarang di bumi Nusantara ini, dari sabang sampai merauke , kami percaya bahwa dengan adanya komunitas ini kita mencoba melestarikan salah satu Budaya Indonesia yakni Golok, dan walau banyak perbedaan-perbedaan nama-nama Golok disetiap daerah kami sedang mengkumpulkan data mengenai golok, namun perbedaan itu adalah sebuah keindahan dalam khasanah kekayaan golok sebagai Kebudayaan Indonesia"
Bang Anggi pun menjelaskan beberapa golok dengan berbagai macam simbol dari perah gagang yang banyak keunikan dan penuh arti sampai bilah goloknya sendiripun mempunyai arti yang banyak bermakna dari setiap daerah, sampai menurut Beliau bahwa banyak golok dipelosok-pelosok bumi nusantara ini yang masih belum terjamah oleh pengetahuan orang awam termasuk ada Golok yang berasal dari daerah Papua.
"Golok yang dibuat perah(gagang) nya, yang biasanya di pakai para pesilat dengan simbol-simbol binatang biasanya menunjukan wibawa kepribadian si pemegang golok, ada macan, naga, buaya hingga ikan gabuspun ada, malah bentuk-bentuk bilah biasanya tidak lepas dari permainan silat golok mereka, seperti bilah pendek tidak melewati sikut untuk permainan jarak pendek. Panjang untuk permainan jarak agak jauh", penerangan beliau saat ditanya mengenai hubungan golok dengan silat.
Bang Andito sebagai salah satu panitia ikut menerangkan bahwa, "Walau komunitas ini masih dalam taraf 'bayi' yang baru berjalan namun antusias komunitas para pecinta di Golok dalam keanggotaan Golok Tradisional Indonesia sudah mencapai hampir 5000 anggota yang bermakna bahwa Budaya Golok di bumi Nusantara ini memang patut kita perjuangkan dan kami sedang mengumpulkan data-data mengenai golok-golok dan penamaannya di berbagai daerah".
"Visi Misi kita masih dalam taraf sederhana, yakni menambah persaudaraan para pecinta golok dan tidak tertutup kemungkinan visi misi ini terus bergerak kalau perlu memperkenalkan ke khalayak ramai bahwa golok yang mulai dari perkakas dapur hingga menjadi senjata perang adalah mempunyai nilai seni dan budaya"
"Golok itu bukan milik seorang pesilat atau jawara saja, ibu-ibupun di dapur menggunakan golok, kita juga ingin mengubah maindset orang bahwa golok itu bukan sebagai kejahatan tapi golok adalah sebuah budaya dan sebuah alat bantu utk sebuah pekerjaan sehari-hari dengan maksud golok dipakai untuk pula sebuah kebaikan dan bermacam-macam seni golok, belum lagi kekayaan khasanah golok yang perah dan bilahnya bisa banyak dikategorikan, belum dengan sejarah-sejarahnya turut sertanya golok dalam perjuangan kemerdekaan Republik Indonesia tercinta ini"
"Kalau perlu kita buat Museum Golok nantinya", tambah Bang Hakim dengan senyum tawa kebahagiaan.
Di acara tersebut hadir pula dalam sarasehan mengenai golok, Bang Muhamad Rizal Arubusman yang mengenalkan golok-golok sebagai senjata silat, jenis-jenis racun, cara menangani perawatan golok dan penanganan pertamanya bila memegang golok yang diracun yang dikenal dengan sebutan 'warangan'.
Dalam salah satu sebuah pembicaraan yang seiring dengan Kemedekaan RI juga menjelaskan bahwa "Pada th 1888 , bahwa pencatatan pemakaian golok oleh para pejuang sangat ditakuti pihak VOC Kapten Van Huyzen didaerah citeureup. Ketika Serdadu Neuman berseru kepada kaum pejuang yang dianggap mereka adalah pemberontak agar menyerah, mereka mulai melepaskan tembakan-tembakan. Van Huzen dan anak buahnya segera melancarkan serangan; pada saat itu juga, lima orang yang bersenjata --gobang atau kelewang atau golok panjang--, melompat dari persembunyian mereka dan menyerang pasukan. Empat atau lima tukang pukul VOC melarikan diri dan bersembunyi di bawah rumput yang tinggi, sementara yang lainnya berlindung di belakang perahu-perahu. Lalu berkobarlah pertempuran kecil yang sengit. Kaum pejuang yang mempertahankan diri sekuat tenaga berulang-ulang menyerang akan tetapi situasinya nampaknya sudah tak memberi harapan. Kaum pejuang sudah nekat untuk berjuang dengan gobangnya sampai titik darah penghabisan. Ketika pertempuran berakhir, Maka berakhirlah tragedi yang mengerikan di pihak VOC itu. Di pihak pasukan pemerintah VOC jatuh beberapa korban; empat orang mendapat luka-luka, cukup parah". Dan belum lagi cerita Jawara-Jawara Betawi yang ikut berjuang menggunakan golok sebagai senjata, misalnya Si Pitung, Macan Kemayoran, dan lain-lain ikut menyemarakkan pembicaraan disana.
Kebahagiaan para pecinta golok yang mengkoleksi golok-golok menyebutkan bahwa, "Mengkoleksi golok menimbulkan kebahagiaan tersendiri, seperti para kolektor lainnya seperti perangko, motor dan lain lain, pokoknya asyik banget".
Acara pun diisi dengan halal bihalal saling temu, pembagian doorprize, sarasehan perbincangan mengenai golok, dan atraksi permainan golok dari berbagai perguruan yang ada.
Kamipun berharap bahwa Komunitas Golok Tradisional akan terus maju dan jaya dengan membawa dan memperjuangkan Golok sebagai salah satu khasanah Kebudayaan di Tanah Air ini. Aamiin