Silat Itu Mencerahkan, Lengkap, dan Modern



Silat Itu Mencerahkan, Lengkap, dan Modern
oleh: Agung Riyadi, 32, Jakarta Selatan

( salah satu nominasi lomba penulisan artikel silat )

Malam ini udara berhembus cukup dingin. Aku duduk di kursi di teras rumahku sambil memandang pohon-pohon di halaman. Diatas pahaku terdapat sebuah amplop coklat besar. Di samping kiri terdapat sebuah meja kecil yang diatasnya terdapat sebuah buku catatan kecil yang berisi tulisan tanganku selama empat minggu kemarin dan sebuah buku kedokteran berjudul “Master Cases – Orthopaedic Trauma1”. Malam ini tepat di minggu kelima setelah aku berhasil mengobati luka patah tulangku sendiri.

Masih jelas dalam ingatanku, bahwa lima minggu yang lalu aku mengalami cedera berupa patah tulang clavicula sebelah kiri. Setelah aku memutuskan untuk melakukan pengobatan sendiri dengan menggunakan terapi berbasis olah nafas Merpati Putih secara rutin selama empat minggu ditambah dengan mengkonsumsi vitamin tulang bernama “Kalzana D” sehari dua kali, lengan kiriku kini sudah normal kembali. Fungsi-fungsi gerakan pada lengan kiri dan bahu kiri juga sudah normal kembali tanpa rasa nyeri di minggu kelima.



Aku masih ingat, saat awal kejadian dulu, sebagai pertolongan pertama, aku dibawa ke sebuah pengobatan alternatif patah tulang. Setelah diperiksa, dikatakan kalau tulang selangka bahu kiriku patah, rusuk kemungkinan retak atau patah, dan tulang kering kaki kiri kemungkinan retak. Untuk memastikan, aku disarankan untuk melakukan rontgen di rumah sakit terdekat. Setelah dipijat, bahu kiriku dibalur dengan minyak ramuan yang berbau khas untuk kemudian dibalut dengan perban coklat panjang yang dililitkan seperti angka delapan. Badanku dan kaki kiriku juga dibalur dengan minyak ramuan khas dan kemudian dibalut dengan perban coklat yang sama tapi dengan teknik lilitan yang berbeda. Setelah itu aku langsung menuju rumah sakit terdekat untuk melakukan rontgen.

 

Aku membuka memandangi amplop coklat di pahaku. Perlahan aku membukanya. Terlihatlah sebuah hasil rontgen yang menunjukkan rontgen tulang yang patah di bahu kiri. Saat dokter melakukan diagnosa, dikatakan bahwa tulang clavicula kiriku mengalami fraktur dengan lokasi patahan di sepertiga bagian. Ada pembengkakan pada jaringan lunak disekitar lokasi patahan dan di ujung tulang. Dokter kemudian memberitahu beberapa pilihan yang diantaranya adalah pemasangan plat atau pen melalui operasi kecil karena patahan pada lokasi sepertiga cukup beresiko. Biayanya kurang lebih delapan belas juta rupiah. Atau bisa juga dipasang perban dengan angka delapan supaya tidak terlalu banyak gerakan pada bahu kiri sedangkan lengan kiri menggunakan arm sling untuk menahan agar tidak terlalu banyak bergerak. Setelah itu istirahat cukup, konsumsi vitamin tulang secara rutin, dan tubuh akan mulai memulihkan dirinya sendiri. Ada konsekwensi pada masing-masing pilihan ini. Aku mengerti dan sadar mengenai konsekwensinya. Ini adalah suatu pilihan yang serius sebab sejujurnya danaku tidak mencukupi untuk melakukan operasi.

a41-01

Gambar 1.     Hasil foto rontgen patah tulang clavicula pada bahu kiri


 

Buku kedokteran yang tebal itu sudah pernah aku baca-baca sebelumnya sekedar menambah informasi mengenai struktur tulang manusia. Sebagai pesilat, setidaknya aku harus belajar pengetahuan-pengetahuan modern untuk menunjang pengetahuan silatku. Menurutku, apa yang sudah dicapai oleh ilmu pengetahuan modern, pada dasarnya tidak berbenturan dengan pengetahuan silat yang aku pelajari lebih dari separuh hidupku ini. Keduanya bisa saling mengisi. Silat sebagai ‘ilmu pengetahuan’, memberiku keadaan untuk merasakan suatu fenomena yang terjadi pada tubuh ini. Fenomena-fenomena yang di dalam konteks tradisional dikaitkan pada apa yang dihasilkan dari penyatuan cipta, rasa, dan karsa. Penyatuan ketiganya, melahirkan sesuatu yang disebut dengan daya linuwih atau kemampuan lebih. Kemampuan-kemampuan luar biasa tubuh yang dihasilkan dari pengetahuan tradisional silat, tersusun pada pakem keilmuan tradisional dalam bentuk jurus atau gerakan yang khas, olah nafas yang khas, olah batin yang khas, atau campuran diantara ketiganya yang dilandasi oleh filosofi yang luar biasa. Ketika pakem materi keilmuan tradisional silat dilakukan secara benar dan tepat, maka fenomena-fenomena luar biasa akan bisa dirasakan. Terjadi peningkatan pada jiwa dan raga beserta sistem-sistem pendukungnya. Berikutnya, ilmu pengetahuan modern dapat digunakan untuk meneliti berdasarkan pakem modern yang sudah diakui agar dapat memberikan penjelasan apa dan mengapa fenomena itu bisa terjadi. Jadi memang seharusnya ada korelasi antara keduanya.

 

Sepanjang peradaban manusia, telah dikenal adanya sebelas sistem pada tubuh2. Ada baiknya seorang pesilat mengenal kesebelas sistem ini agar dapat menambah wawasan mengenai apa yang terjadi pada tubuh manusia. Bahwa ternyata apa yang sudah dihasilkan oleh konsep tradisional melalui penyatuan cipta, rasa, dan karsa, juga tidak terlepas dari fungsi sebelas sistem dalam tubuh yang mungkin saja meningkat seluruhnya, atau salah satunya, atau sebagiannya. Kedepannya, pesilat dapat menjelaskan kepada orang awam bagaimana suatu fenomena itu ditinjau dari korelasi antara kesebelas sistem tubuh ini. Adapun sebelas sistem dalam tubuh itu secara singkat dapat dijelaskan sebagai berikut:

  1. Integumentary System atau sistem penutup tubuh, kulit, berfungsi melindungi tubuh dalam, membantu dalam proses pengaturan suhu tubuh, mengeluarkan garam dan urea melalui keringat, membantu penyerapan dan pembuatan vitamin D, dan mendeteksi sensasi rasa seperti sentuhan, tekanan, rasa sakit, panas, dan dingin.

  2. Muscular System atau sistem otot, menghasilkan pergerakan tubuh, mempertahankan postur tubuh, penghasil panas dan sekaligus sebagai penutup hangat bagi organ tubuh.

  3. Skeletal System atau sistem rangka, terdiri dari tulang, kartilago atau tulang rawan, ligamen dan sendi. Mereka menyedian dukungan dan perlindungan bagi organ tubuh. Merupakan ‘rumah’ bagi sel yang berfungsi untuk memproduksi sel darah. Mereka juga menyimpan mineral dan lemak.

  4. Nervous System atau sistem syaraf, merupakan sistem pengontrol agar tubuh dapat bertindak cepat. Terdiri dari otak, sumsum tulang belakang, saraf, dan reseptor sensorik.

  5. Endocrine System atau sistem endokrin, berfungsi juga mengontrol kegiatan tubuh, tetapi jauh lebih lambat dari sistem saraf. Kelenjar endokrin termasuk kelenjar pituari, paratiroid, adrenal, timus, pankreas, pineal, indung telur (pada wanita) dan testis (pada pria). Kelenjar ini memproduksi dan mengeluarkan hormon-hormon yang mempengaruhi setiap sel dalam tubuh. Metabolisme tubuh juga diatur terutama oleh hormon-hormon yang dihasilkan dari sistem endokrin ini..

  6. Lymphatic and Immune System atau sistem getah bening dan kekebalan, meliputi pembuluh limfatik, kelenjar getah bening, dan organ limfoid lain seperti limpa dan tonsil. Kelenjar getah bening dan organ limfoid lain juga membersihkan dan membuang kotoran di aliran limfatik. Organ-organ ini juga mempengaruhi sel-sel yang terlibat dalam proses kekebalan tubuh..

  7. Cardiovascular System atau sistem kardiovaskular, dimana jantung memompa darah melalui pembuluh darah, darah membawa oksigen dan nutrisi ke sel dan karbon dioksida dan limbah dari sel dan membantu mengatur keseimbangan asam-basa, suhu, dan kadar air dari cairan tubuh. Komponen darah membantu mempertahankan terhadap penyakit dan memperbaiki kerusakan pembuluh darah.

  8. Respiratory System atau sistem pernafasan, terdiri dari bagian-bagian hidung seperti laring, faring , trakea, bronkus, dan paru-paru. Tugasnya adalah untuk menjaga tubuh agar selalu dipasok dengan oksigen dan untuk membuang karbon dioksida keluar tubuh. Membantu pengaturan keseimbangan asam-basa di dalam tubuh, dan aliran udara dari paru-paru melalui pita suara menghasilkan bunyi.

  9. Digestive System atau sistem pencernaan, pada dasarnya dapat dibayangkan seperti sebuah tabung yang berjalan melalui tubuh dari mulut menuju ke saluran pembuangan (anus). Organ-organ yang termasuk di dalamnya adalah rongga mulut (mulut), kerongkongan, lambung, usus besar dan usus kecil, dan rektum. Peran organ-organ ini adalah untuk memecah makanan menjadi molekul-molekul agar dapat diserap dan dikirimkan kepada darah untuk didistribusikan ke seluruh sel tubuh. Makan pertama-tama dihancurkan di mulut untuk kemudian menuju usus kecil. Sedangkan untuk makanan yang tidak tercerna itu akan tetap berada di saluran untuk kemudian dibuang keluar tubuh melalui saluran pembuangan sebagai feses..


10. Urinary System atau sistem kemih, terdiri dari ginjal, ureter, kandung kemih, dan uretra. Pekerjaan utamanya adalah untuk membuang limbah dari tubuh dalam bentuk urin. Salah satu jenis limbah mengandung nitrogen, yang terjadi ketika sel-sel tubuh memecah protein dan asam nukleat,  termasuk mempertahankan air tubuh dan keseimbangan elektrolit dan mengatur keseimbangan asam-basa pada darah..

11. Reproductive Systems atau sistem reproduksi, pada pria mencakup testis, skrotum, penis, kelenjar aksesori, dan sistem saluran. Sedangkan pada wanita meliputi ovarium, saluran rahim, rahim, dan vagina. Tujuan utama dari sistem ini adalah untuk menghasilkan keturunan. Terdapat kelenjar gonad yang menghasilkan sel kelamin (sperma atau ovum) yang bersatu untuk membentuk organisme baru. Kelenjar ini juga melepaskan hormon yang mengatur proses reproduksi dan proses tubuh yang lain.

 

a41-02

Gambar 2.   Sebelas sistem dalam tubuh manusia


 

Di dalam dunia kedokteran, patah tulang atau retak tulang disebut dengan fraktur. Dunia kedokteran tidak membeda-bedakan antara patah dan retak. Namanya sama saja, yakni fraktur. Patah tulang dan retak tulang sesungguhnya memiliki potensi kerusakan yang sama. Itulah sebabnya istilahnya hanya fraktur saja. Tapi masyarakat umum seringkali menganggap kalau retak itu dianggap seolah lebih ‘ringan’ dibanding patah. Padahal sesungguhnya potensinya sama, dan harus ditangani dengan serius.

 

Fraktur atau patah tulang adalah terputusnya kontinuitas tulang dan ditentukan sesuai jenis dan luasnya3,  atau setiap retak atau patah pada tulang yang utuh4. Gejala yang umum muncul adalah rasa nyeri yang terlokalisir pada bagian yang patah dan nyeri, dan akan semakin memberat apabila digerakkan, terdapat bengkak di sekitar bagian yang cedera, serta terjadi deformitas atau kelainan bentuk. Patah tulang pada dewasa dan anak masing-masing memiliki karakteristik yang berbeda yang akan berdampak pada penanganannya. Misalnya, fraktur tertutup patah tulang pada anak tidak perlu dilakukan secara agresif karena proses penyembuhan tulang anak lebih cepat dan lebih baik daripada dewasa. Selain itu, beberapa jenis patah tulang pada anak dapat sembuh atau menyambung spontan, hal ini dikarenakan anak masih dalam masa pertumbuhan. Pada orang dewasa, proses penyembuhan tulang tidak sebaik pada anak sebab lempeng pertumbuhan juga sudah menutup. Oleh karena itu penanganan patah tulang pada orang dewasa cenderung lebih agresif.

 

Setidaknya ada empat belas jenis fraktur tulang. Berdasarkan analisa dokter, fraktur tulang yang aku alami merupakan fraktur tertutup atau simple fracture karena fragmen tulangnya tidak menembus kulit sehingga tempat fraktur tidak tercemar oleh lingkungan dan tidak mempunyai hubungan dengan dunia luar.

 

Aku memejamkan mata, mencoba menenangkan pikiran. Aku tahu, sebentar lagi aku harus mengambil keputusan untuk menyembuhkan cedera di tubuhku ini.

 

Tiba-tiba aku teringat ucapan ayah, “Nak, kamu akan tahu betapa istimewanya silatmu ini ketika kamu bisa tertolong dan menolong karenanya”. Entah mengapa hati ini seperti mendapat kekuatan tambahan. Ilmu silat yang kupelajari ini sudah sangat banyak menolongku ketika berada dalam kondisi-kondisi sulit. Meskipun kondisi-kondisi sulit sebelumnya terjadi dengan sistem tubuh yang lengkap. Agak berbeda dengan kondisiku sekarang yang mengalami kerusakan pada salah satu sistem tubuh. Setelah aku mantapkan hati, aku putuskan untuk menggunakan pendekatan olah nafas pada aliran silatku yang terkenal dengan seni olah nafasnya. Tentunya dengan konsekwensi yang sudah siap aku hadapi kedepannya.

 

Aku teringat dengan buku “Textbook of Disorders and Injuries of the Musculosceletal System” yang dibuat oleh Robert Bruce Salter. Pada suatu bab di dalam buku tersebut dijelaskan mengenai proses penyembuhan tulang. Aku rasa informasi ini akan sangat berguna buatku untuk menerapkan keilmuan silatku untuk mengobati patah tulangku ini. Aku mengambil buku kecil diatas meja disampingku lalu membaca catatan-catatan yang pernah aku buat.



Penyembuhan tulang normal merupakan suatu proses biologis yang luar biasa karena tulang dapat sembuh tanpa ‘bekas’ atau ‘jaringan parut’. Artinya tulang yang patah akan disambung dengan tulang yang baru. Berbeda dengan ligamen yang proses penyembuhannya akan digantikan dengan jaringan parut.

 

Berikut akan dijelaskan secara singkat proses penyembuhan tulang secara normal5 :

  1. Fase awal penyembuhan dari jaringan lunak


Pada patah tulang, akan terjadi robekan pembuluh darah kecil di sekitar tempat cedera. Setelah terjadi pendarahan maka tubuh akan merespon dan terbentuklah bekuan darah (clot/hematoma). Hematoma di tempat patah tulang ini merupakan tempat dimana proses penyembuhan patah tulang pertama kali terjadi. Akan terjadi ledakan populasi sel-sel pembentuk tulang baru (osteogenic cells) untuk membentuk callus yang berfungsi sebagai ‘lem’ untuk menjaga agar tulang yang patah tidak mudah bergerak. Pada fase ini callus yang terbentuk masih lunak dan sebagian besar mengandung cairan.

  1. Fase Penyambungan Tulang secara Klinis (Clinical Union)


Callus semakin lama akan semakin mengeras dan sebagian akan digantikan oleh tulang immature atau yang belum dewasa. Pada saat callus ini telah mengeras sehingga tidak lagi terjadi pergerakan di sekitar tulang yang patah, maka dikatakan telah memasuki fase penyambungan tulang secara klinis (clinical union), namun garis patah tulang masih akan terlihat. Saat fase ini pasien tidak merasakan nyeri apabila bagian yang patah digerakkan.

  1. Fase Konsolidasi atau Penyambungan secara Radiologis (Radiographic Union)


Saat semua tulang muda (immature) dalam callus telah tergantikan oleh tulang yang dewasa (mature) maka dikatakan telah memasuki fase radiographic union. Garis patah tulang tidak akan terlihat lagi.

 

Setelah memahami proses penyembuhan tulang secara normal, aku dapat memahami bahwa tulang yang patah, secara alami akan dapat menyambung sendiri tanpa harus dimanipulasi.

 

Aku juga memahami bahwa saat pasien patah tulang datang untuk berobat, baik ke dokter maupun ke pengobatan alternatif, pasien akan mengharapkan kesembuhan dalam kondisi:

  1. Tulang yang patah dapat menyambung

  2. Bagian tubuh yang cedera dapat digunakan kembali dan berfungsi secara normal

  3. Terhindar dari komplikasi


 

Manipulasi yang tidak tepat memang pada akhirnya akan menyebabkan tulang yang patah menyambung, namun tidak dalam posisi normal atau posisi anatomis, akibatnya akan terjadi deformitas atau kelainan bentuk pada anggota tubuh yang terkena, misalnya tangan jadi terlihat bengkok. Sedangkan untuk fraktur tulang terbuka yang menembus kulit, tentunya memerlukan penanganan medis yang lebih baik.

 

Ada tiga proses penyembuhan patah tulang yang tidak normal yakni:

  1. Malunion, yakni patah tulang dapat sembuh sesuai waktu yang diperkirakan/normal namun posisinya tidak seperti awal/tidak sesuai posisi anatomis, sehingga menyebabkan kelainan bentuk tulang.

  2. Delayed union, yakni patah tulang pada akhirnya akan sembuh namun membutuhkan waktu lebih lama daripada waktu penyembuhan normal.

  3. Pseudoarthrosis, yakni patah tulang gagal sembuh atau menyambung dan akan disertai pembentukan jaringan fibrosa atau false joint, artinya bagian yang patah tidak akan berfungsi dengan normal seperti sebelum cedera.


 

Aku menutup buku catatan kecilku. Kemudian berdiri dan memantapkan hati. Aku berjalan menuju halaman depan teras rumahku. Lalu duduk bersila. Aku memejamkam mata, berdoa dalam hati, memohon kesembuhan dengan ikhtiar olah nafas ini. Setelah itu menguatkan niat dan konsentrasi.

 

Sebelum melakukan teknik olah nafas, aku mencoba untuk mensikapi kejadian ini dengan lapang dada, ikhlas. Bahwa setiap kejadian yang dialami sudah digariskan oleh Allah. Segalanya adalah milik Allah dan segalanya akan kembali kepadaNya.

 

Secara pakem tradisional, niat dan konsentrasi adalah salah satu sumber tenaga yang tak kasat mata pada manusia. Bahkan konon ada kiasan bahwa kekuatan niat bisa meratakan gunung. Dengan mensikapi hati yang ikhlas, kemudian dilanjutkan dengan niat dan konsentrasi yang kuat, akan lahirlah daya hidup dimana secara fisik akan menggerakkan sistem syaraf untuk menghasilkan hormon-hormon yang diperlukan bagi tubuh untuk menjadi lebih baik.

 

Aku melakukan Nafas Pembersih yakni suatu latihan olah nafas halus secara tradisional dengan fungsi tertentu, dengan dua visualisasi yakni ‘air dingin’ yang seolah masuk dari lubang hidung lalu membersihkan bagian dalam kepala, leher, kedua lengan, badan, dan kaki, terutama aku fokuskan pada bagian yang cedera. Kedua, ‘air dingin’ yang seolah ditetesi pada tengah kepala lalu perlahan menyebar ke seluruh bagian kepala. Untuk yang kedua ini cukup berada pada area kepala saja. Selama satu minggu aku melakukan itu secara rutin. Setiap hari paling tidak lima sampai tujuh kali aku melakukan Nafas Pembersih yang dilakukan minimal tujuh menit. Cara nafasnya adalah segitiga, yakni antara buang-tarik-tahan menggunakan interval waktu yang sama, misalnya lima sampai tujuh detik. Buang nafas dari mulut, perlahan, halus, dan tarik nafas dari hidung, juga perlahan, halus.

 

Tiga hari berturut-turut dengan menerapkan olah nafas jenis ini sangat membantu menurunkan rasa sakit dan memberikan stimulasi ketenangan pada diri. Akan sangat terasa sekali setiap kali tarik nafas, terjadi rasa nyeri pada daerah yang cedera. Aku tidak menahannya atau melawannya, sebaliknya justru aku harus ‘menikmati’ rasa sakit ini sebagai suatu nikmat dari Allah. Jadi, penyikapan hati harus benar terhadap keadaan ini. Mensikapi keadaan dengan hati yang sabar dan ikhlas sebenarnya berguna bagi tubuh ini karena akan merangsang hormon-hormon tertentu yang akan sangat membantu proses penyembuhan. Empat hari berikutnya, dilakukan visualisasi untuk ‘menggerakkan’ tulang yang patah agar saling menyatu dan merapat. Intensitas waktu ditambahkan hingga mencapai akhir minggu pertama.

 

Pada awal minggu kedua, aku melakukan Nafas Pembinaan yakni suatu aktivitas pernafasan dengan menahan dan menekan diafragma (sekat rongga dada) sambil melakukan gerakan tubuh tertentu6 yang dikejangkan maksimal. Terdiri dari empat bentuk gerakan yang semuanya dilakukan sambil duduk bersila. Metode nafasnya adalah buang-tahan-tarik, agak berbeda dengan metode nafas pembersih. Buang nafas sampai ‘habis’, tahan beberapa detik, kemudian tarik nafas perlahan hingga ‘penuh’. Setelah itu ‘telan’ dan lakukan gerakan-gerakan dengan pengejangan lengan pada tiap bentuknya yang terdiri dari:

  1. Bentuk Garuda

  2. Bentuk Dorong Tarik

  3. Bentuk Dorong Tarik Kombinasi

  4. Bentuk Listrik


 

Umumnya, nafas Pembinaan ini dilakukan dengan dua tangan dan dengan pengejangan lengan maksimum. Akan tetapi karena salah satu tangan sedang mengalami cedera dan tidak bisa difungsikan normal maka cara melakukannya sebagai berikut:

  1. Tangan kanan melakukan terlebih dahulu dengan pengejangan secukupnya hingga selesai, sementara tangan kiri tidak ada aktivitas apapun.

  2. Tangan kiri kemudian melakukan Nafas Pembinaan tapi cukup melakukan di pikiran saja (penghayatan) tanpa ada aktivitas fisik lengan dari bentuk pertama hingga bentuk keempat, sementara tangan kanan kendurkan tidak ada pengejangan sama sekali.


 

Pada awal minggu ketiga, aku sudah bisa menggerakkan lengan kiriku lebih baik meskipun banyak gerakan-gerakan. Nafas Pembinaan dilakukan sebagai berikut:

  1. Tangan kanan melakukan terlebih dahulu dengan pengejangan secukupnya hingga selesai, sementara tangan kiri tidak ada aktivitas apapun.

  2. Tangan kiri kemudian melakukan secara fisik tapi dengan penyesuaian sebagai berikut:


-       Bentuk Garuda, cukup gerakkan lengan melingkar disamping pinggang secukupnya saja (tidak perlu hingga sejajar bahu)

-       Bentuk Dorong Tarik, cukup angkat lengan setinggi ulu hati saja, lalu lakukan gerakan dorong tarik yang tidak perlu penuh sampai lurus ke depan. Secukupnya saja hingga kalau terasa nyeri maka berhenti sampai disitu.

-       Demikian juga untuk bentuk Dorong Tarik, dan bentuk Listrik. Lakukan secukupnya hingga kalau mulai terasa nyeri, maka berhenti sampai disitu.

-       Saat melakukan, tidak perlu pengejangan seperti halnya tangan kanan tapi cukup konsentrasikan pada daerah yang sakit saja.

 

Pada awal minggu keempat, aku sudah bisa mengangkat lengan kiriku setinggi lebih dari sembilan puluh derajat. Meski demikian, lengan kiri masih belum bisa diangkat lurus atau memutar ke belakang seperti sebelumnya. Posisi gerakan Nafas Pembinaan pun masih terbatas setinggi bahu. Dan di akhir minggu keempat ini, nafas Pembinaan sudah mulai bisa ditingkatkan intensitasnya yakni ketinggian gerakan, bentuk yang sudah mulai sempurna, dan mulai ada sedikit pengejangan.

 

Pada awal minggu kelima, gerakan lengan kiriku sudah sempurna. Mengangkat lengan hingga setinggi bahu, kemudian naik lagi hingga lurus ke atas, dan menyentuh kepala, telinga terjauh, menyentuh bahu kanan, pinggang belakang kanan, dan sebagainya sudah bisa dilakukan nyaris tanpa nyeri (kecuali pada gerakan yang jarang dilatih, seperti memutar ke belakang badan). Pada kondisi ini maka tiga hal penyembuhan yang diharapkan saat terjadi patah tulang sudah tercapai.

 

Saatnya aku melakukan foto rontgen sekali lagi.



Dokter sangat terkejut melihat perkembangan lengan kiriku. Tentunya ia masih ingat, bahwa satu bulan yang lalu aku mendapat cedera fraktur pada clavicula, dan tepat empat minggu setelahnya aku datang lagi dengan kondisi lengan kembali normal. Terjadi diskusi antara kami. Saat aku ceritakan mengenai bagaimana aku melakukan terapi pengobatan, sang dokter terkejut.

 

Secara kedokteran modern, metode olah nafas pada silat Merpati Putih yang aku lakukan mirip dengan Hyperbaric Oxygen Therapy (HBOT). Sedangkan gerakan-gerakan Nafas Pembinaan yang aku lakukan sangat bersesuaian dengan terapi pemulihan pada fraktur tulang clavicula. Sedangkan apa yang disebut dengan Nafas Pembersih itu merupakan suatu teknik yang memberikan efek seperti anestesi sehingga rasa sakit berkurang sangat banyak meskipun dilakukan hanya dengan visualisasi yang kuat dibarengi pengaturan nafas.

 

Banyak yang mengatakan bahwa visualisasi tidak ada gunanya. Hal itu ternyata salah kaprah. Sebenarnya penelitian antara hubungan pikiran, dalam hal ini visualisasi, dengan otot tubuh sudah banyak dilakukan dalam dunia ilmiah. Bahkan di luar negeri teknik visualisasi sering digunakan para atlit profesional untuk meningkatkan performance mereka pada saat pertandingan13. Pada suatu penelitian mengenai kaitan antara visualisasi dengan tubuh fisik, subyek, terdiri dari 30 orang, dibagi dalam 3 group. Pada Group 1 subyek diminta melakukan visualisasi seakan mengerakan-gerakan jari (finger exercise). Group 2 subject diminta melakukan visualisasi latihan otot bisep. Sedangkan Group 3 sebagai control group tidak melakukan visualisasi apapun. Setiap group melakukan latihan selama 15 menit sehari, 5 hari seminggu dan dilakukan selama 12 minggu. Hasil penelitian dapat dijelaskan sebagai berikut:

  1. Group 1 (visualisasi latihan jari), mengalami peningkatan kekuatan otot jari sebesar 53 persen.

  2. Group 2 ( visualisasi latihan otot bise), mengalami peningkatan kekuatan otot bisep sebesar 13,4 persen.

  3. Sedangkan Group 3 tentu saja tidak mengalami peningkatan kekuatan otot sama sekali.


 

Ternyata berdasarkan penelitian tersebut, visualisasi, dapat meningkatkan kekuatan otot tubuh kita secara cukup signifikan. Penelitian tersebut menekankan hanya visualisasi saja, tanpa gerakan fisik apapun. Artinya, visualisasi pada pikiran dapat mempengaruhi tubuh fisik14. Jadi apa yg terjadi ketika kita mengarahkan pikiran kita dengan kuat pada tulang yang patah agar bergeser untuk menyambung menggunakan metode Nafas Pembersih? Tentunya secara fisik, tulang akan benar-benar bergeser dan menyambung. Visualisasi yang kuat ini sudah terintegrasi pada pakem latihan tradisional Merpati Putih di dalam Nafas Pembersih yakni pada penggunaan NIAT dan KONSENTRASI.

 

Nafas Pembersih, ternyata bukanlah klenik. Sebab ada disiplin ilmu pengetahuan modern yang bisa menjelaskan mengenai fenomena yang terjadi terhadapnya.

 

Saat melakukan Nafas Pembinaan, pada kondisi buang nafas maka terjadi pengeluaran karbon dioksida, sedangkan saat menahan nafas terjadi pembentukan karbon dioksida dalam darah. Saat kemudian menarik nafas, terjadi asupan oksigen ke dalam tubuh. Oleh karena karbon dioksida yang ada di dalam darah bertemu dengan oksigen dari luar, maka karbon dioksida akan ‘menendang’ oksigen dari dalam darah ke seluruh sel-sel tubuh. Pengejangan maksimal yang dilakukan oleh otot menyebabkan terjadi tekanan tinggi pada sel-sel tubuh. Akibatnya, distribusi oksigen menjadi lebih banyak dan lebih kaya pada sel-sel tubuh. Dan itu adalah konsep Hyperbaric Oxygen Therapy (HBOT). Di Amerika sendiri, terapi berbasis HBOT berkisar $1,800 per 90 menit pada rumah sakit atau $108 s/d $250 per 60 menit pada klinik-klinik umum7.

 

Lebih jauh lagi, efek dari penggunaan metode HBOT pada penyembuhan tulang juga sudah diteliti oleh banyak ilmuwan kedokteran dan hasilnya diterbitkan dalam jurnal ilmiah internasional. Normalnya berkisar hingga enam bulan untuk penyembuhan patah tulang hingga pemulihan pasca trauma8. Metode HBOT juga diluar negeri cukup disukai untuk terapi pengobatan patah tulang9. Di dalam studi kedokteran hewan, HBOT telah terbukti dapat meningkatkan kecepatan regenerasi sel10 serta pergantian tulang mati atau tulang abnormal11.

 

Pengaruh dari HBOT pada proliferasi dan diferensiasi osteoblas (sel pembentuk tulang) dapat dilihat sebagai berikut12:

a41-03

Gambar 3.   Kenaikan jumlah sel saat dilakukan HBOT pada tulang


 

Berdasarkan informasi tersebut, terlihat bahwa metode olah nafas tradisional Merpati Putih menghasilkan efek penyembuhan yang hampir sama dengan metode Hyperbaric Oxygen Therapy (HBOT) sehingga apabila proses penyembuhan fraktur tulang yang sebelumnya diperkirakan mencapai enam hingga dua belas bulan maksimal, bisa jauh lebih cepat asalkan dilakukan secara rutin dan dengan pakem tradisional yang benar. Kecepatannya bisa lebih signifikan apabila dibarengi dengan terapi Getaran ala Merpati Putih. Inipun sesungguhnya bukan klenik sebab terapi Getaran ala Merpati Putih sangat cocok dengan apa yang sudah dicapai pada penelitian kedokteran modern dimana proses pemulihan fraktur tulang dengan menggunakan gelombang suara ketika diujicobakan pada tikus akan meningkatkan daya regenerasi sel yang jauh lebih cepat15.

 

a41-04

Gambar 4.    Group A dan B menggunakan terapi gelombang suara. Group C dan D tidak.


 

Terlepas dari aspek fisik dengan segala penjelasan ilmiahnya, bahwa ternyata hanya dari sebuah tulang clavicula yang patah yang sedang berproses untuk sembuh dapat melahirkan begitu banyak nikmat Allah yang harus disyukuri.

 

Bagaimana awalnya posisi tidur menjadi sangat sulit. Tidak bisa miring ke kanan, kekiri atau terlungkup. Bagaimana memakai baju saja rasanya menyakitkan. Bagaimana pergerakan dari duduk menjadi berdiri ternyata bisa begitu menyakitkan. Bagaimana gerakan berjalan yang terlalu lama ternyata bisa sangat tidak nyaman. Ternyata sebuah tulang kecil yang patah bisa menyebabkan tubuh tidak nyaman. Dan ketika semua ketidaknyamanan ini mulai ‘dikembalikan’ oleh Allah melalui proses penyembuhan akibat dari doa dan ikhtiar yang maksimal, sudah sepantasnya harus disyukuri sebagai suatu kenikmatan yang tiada terhingga. Bahwa ternyata hanya mengangkat lengan saja itu benar-benar suatu nikmat yang tiada terhingga.

 

Ketika dipelajari secara utuh, ilmu silat membawa manfaat lahir dan batin. Dan sudah seharusnya dapat membawa perubahan positif pada yang melatihnya. Lebih jauh lagi, bisa menjadi solusi pada masalah sosial kesehatan karena mempercepat proses kesembuhan. Kalau kesehatan masyarakat meningkat pada akhirnya akan meningkatkan aspek ketahanan negara.

 

Tumbuhnya rasa syukur kepada Allah, adalah pencapaian aspek spiritual yang diharapkan dalam ilmu silat. Semua nikmat itu bisa dirasakan apabila hati ini hidup. Belajar ilmu silat, belajar juga menghidupkan hati. Belajar rasa, belajar bisa merasa, bukan sekedar merasa bisa.

 

Silat yang membawa perubahan positif bagi praktisinya adalah silat yang mencerahkan. Efeknya akan terasa bagi diri sendiri, keluarga, sahabat, teman, dan bagi alam semesta. Silat itu ternyata sangat mencerahkan, mencengangkan, lengkap, dan modern.

 

 

 

Referensi:

  1. Clayton R. Perry dan Charles M. Court-Brown, Master Cases – Orthopaedic Trauma, ISBN-13: 978-0865777828, 1999,

  2. Wikipedia, http://en.wikipedia.org/wiki/Human_body

  3. Smeltzer S.C & Bare B.G, 2001

  4. Reeves C.J, Roux G & Lockhart R, 2001

  5. Textbook of Disorders and Injuries of the Musculosceletal System, Robert Bruce Salter, halaman 427-428

  6. Merpati Putih – Ramuan Seni Pernafasan untuk Normalisasi Diabetes Mellitus, Penerbit Yayasan Saring Hadipurnomo, 1999.

  7. Textbook of Hyperbaric Medicine KK Jane, 5th Edition, 2010

  8. Bimbaum, 2002

  9. Coulson, 1966

  10. Coulson, 1966; Inoue, 2000; Tkachenko, 1988

  11. Jones, 1911; Strauss, 1982

  12. Effects of Hyperbaric Oxygen on Proliferation and Differentiation of Osteoblasts from Human Alveolar Bone, Dong Wu-Jos Malda-Ross Crawford and Yin Xiao, Informa Healthcare, ISSN: 0300-8207 print / 1521-0456 online, Connective Tissue Research, 48:206–213, 2007.

  13. Vinoth K. Ranganathan, Vlodek Siemionowa, Jing Z. Liu, Vinod Sahgal, Guang H. Yue, Neuropsychologia 42 (2004) 944-150;956.

  14. Department of Biomedical Engineering/ND20, The Lerner Research Institute, The Cleveland Clinic Foundation, 9500 Euclid Avenue, Cleveland, OH 44195, USA., http://www.ncbi.nlm.nih.gov/sites/entrez?db=pubmed&uid=14998709&cmd=showdetailview

  15. American Institute of Ultrasound in Medicine, J Ultrasound Med 21:1357–1363, 2002. 0278-4297/02/$3.50, 2002.









Agung Riyadi