Nama tokoh silat Minang yang satu ini masih jarang terdengar di telinga para pencinta silat tradisional khususnya silek Minangkabau, karena memang tidak ada yang mengeksposenya secara terang-terangan. padahal kiprah beliau di dunia silat Minangkabau khususnya sudah beliau lakukan semenjak beliau masih muda belia dan untuk cakupan wilayah Kabupaten Solok Sumatera Barat nama beliau dijajaran tuo-tuo silek sudah tidak asing lagi apalagi di seputar Nagari Cupak yang memang cukup dikenal juga di Sumatera Barat dengan berbagai ragam aliran silek dan kekayaan bUdaya serta adat istiadat Minangkabau yang masih asli. Dan memang sekarang karena faktor usia Mak Danin Malin Marajo tidak membuka perguruan secara terbuka, dan saat ini para pewaris dan penerus silat yang beliau ciptakan ini sedang berupaya bahu membahu agar silat beliau ini bisa eksis secara terbuka di masyarakat sebagai wujud rasa cinta dan tanggung jawab untuk kelestarian dan pelestarian warisan budaya tradisional Minangkabau khususnya dan budaya Indonesia pada umumnya, silat yang beliau ciptakan ini dari dulu diajarkan dengan pola tertutup hanya kepada orang-orang terdekat saja karena beliau memang seorang pendekar yang tidak mau menonjolkan diri, di Nagari Cupak beliau lebih dikenal dengan sebutan Mak Danin Capek.
Kecintaan dan bakat beliau yang sangat besar kepada ilmu silat memang sudah semenjak dari kecil, karena bapak beliau yang dikenal dengan sebutan gaek capek juga adalah seorang pendekar hebat yang susah dicari tandingannya pada zamannya. Pertama sekali Mak Danin berguru kepada bapaknya Gaek Capek yang menurut cerita para tuo-tuo silat di Nagari Cupak bahwa bapaknya Mak Danin Capek ini bisa menangkap burung elang dengan kakinya, pada saat burung elang tersebut menukik menyambar anak ayam mangsa burung elang , maka digelarilah bapaknya Mak Danin Capek ini dengan gelar gaek capek atau kakek cepat karena kecepatan kakinya dalam menangkap burung elang apalagi dalam bersilat.
Seterusnya Mak Danin Capek melanjutkan berguru silat ke berbagai daerah di Minangkabau bahkan juga di beberapa daerah di Indonesia pada saat beliau pergi merantau sebagaimana layaknya laki-laki di ranah Minang harus mencari pengalaman dan mematangkan dirinya dengan pergi merantau.
Ini adalah uraian singkat perjalanan hidup beliau sebagaimana dituturkan oleh salah seorang putera beliau, Saudara Oktavianus, sebelum beliau memodifikasi berbagai aliran silat yang pernah beliau pelajari sehingga muncul sebuah aliran silat baru yang merupakan hasil perenungan dan pendalaman beliau dalam memahami inti dari berbagai aliran silat yang pernah beliau pelajari.
Sejarah belajar dan berguru silat waktu beliau tinggal di Nagari Cupak sebelum pergi merantau:
1. Pada mulanya mempelajari silat dan berguru tahun 1953 kepada bapak sendiri yaitu Gek Capek, beliau mengajarkan dua buah ragam silek yaitu silek Langkah Tigo dan Staralak dan dasar langkah tigo ini nantinya yang akan menjadi dasar langkah dari silek yang beliau kreasikan ini.
2. Kemudian belajar silek kinari dengan Bapak Rahman Aman
3. Selanjutnya belajar kepada bapak Malin Pitok di lereng Gunung Talang yaitu silat kucing
4. Berguru di daerah Batu Bajanjang yaitu daerah di dekat gunung talang yaitu silek langkah empat dan silat gelombang serta tari gelombang.
dan beberapa aliran silat Minang lainnya yang beliau pelajari diluar kabupaten Solok.
Kisah singkat perjalanan Hidup beliau;
1. Setelah Belajar Silat, Beliau ikut ambil bagian dalam perang kemerdekaan Agresi belanda ke- 2 di Sumatera Barat beberapa kali beliau pernah terkepung dan tertembak, hanya makan tumbuh-tumbuhan, suatu ketika juga pernah hanya memakan daging mentah saja karena kalau memasak akan di ketahui oleh penjajah. Ketika menjadi tentara beliau tidak melupakan silat, malah semakin menajam. Karena seorang prajurit dituntut harus selalu :
- Waspada (Angin, raso, jo pareso)
- Disiplin
- Tepat Sasaran
- Berani
- Bertangung Jawab
Beliau dikenal dalam kesatuannya karena pemberani dan tergolong yang berusia paling muda. Selama satu tahun beliau termasuk sebagai ujung tombak di garis depan dengan memakai senapan alat berat (senjata Geren), karena pada waktu itu beliau masih sangat muda, komandan beliau saat itu meminta untuk membuka baju semua prajurit. Dan diperhatikan struktur tubuh yang kuat dan stabil untuk bisa menahan getaran senjata geren. Dan hasil penilaian itu beliau termasuk dalam kategori salah satu yang bisa memegang senjata berat.
Cerita dari teman-teman kompinya apabila bapak sedang tidur tidak ada seorangpun yang berani menbangunkan beliau. Karena jika mendekat dan menyentuh tubuh beliau, maka secara spontan atau reflek melayangkan tendangan atau pukulan (kejadian ini banyak dialami oleh kesatuan beliau) jadi selanjutnya karena sudah banyak yang kena serangan kaki dan tangan beliau, maka teman-teman sekompi kalau perlu sama beliau dan kalau beliau sedang tidur maka membangunkan beliau hanya dengan cara memanggil nama saja.
2. Setelah Indonesia merdeka Bapak pergi merantau ke berbagai kota di Indonesia, sambil terus belajar silat dimanapun beliau tinggal seperti silat banten, silat bugis,kuntau dan lain-lain, dulu pernah beliau bekerja di kapal, kerja menjual air, berjualan nasi, berdagang makanan, dan lain-lain
3. Setelah lama merantau beliau kembali menetap di Sumatera Barat. Yaitu di desa Balai Pandan Cupak, Kecamatan Gunung Talang, Kabupaten Solok.
Pengalaman dan prestasi beliau di masa muda:
- Sebagai pemimpin bagian silek dalam Acara “Urang Cupak Baralek Gadang Simarajo Lelo” Ditaman Mini Indonesia Indah (TMII).
- Membawa turis-turis Jerman sehingga tertarik berkunjung ke Nagari Cupak.
- Setiap ada kesempatan dan acara-acara di kota Solok maka beliau menjadi penyambut tamu (dengan menampilkanTari Gelombang)
- Menjadikan Nagari Cupak disegani di kota Solok.
- Memiliki group kesenian Indang pada masanya
- Memiliki kelompok Tari Gelombang yang disegani pada masanya
setelah mempelajari berbagai aliran silat di Minang kabau bahkan termasuk silat Bugis dan silat Banten dan kuntau pada saat beliau merantau, beliau akhirnya bisa menciptakan sebuah aliran silat baru yang sangat efektif untuk melumpuhkan musuh dengan cepat tanpa menggunakan teknik berjurus maupun menghafal jurus, murni dari hasil latihan berhadapan secara langsung dan gerakan silat ini akan terus berkembang seiring dengan gerakan tubuh dan pemahaman orang yang berlatihnnya tentang gerakan silat dan inti silat itu sendiri, maupun gerakan tubuh dalam menyerang,bertahan maupun melumpuhkan musuh.
Beliau mulai mengajar silat pada tahun 1980 dengan murid generasi pertama, Bapak Hasan Basri alias Gaek Siri Paduko, Uko, Asril, Soger, dan murid beliau bersama dengan Gaek Siri Paduko waktu di Kota Padang yaitu Uda Al,Uda Is,Uda Harmen,Uda Cong dan Bang Ucok Marajohan. Murid beliau dari Cupak generasi berikutnya cukup banyak tapi tidak pada ingat namanya. Dan dari Nagari Cupak ada juga murid yang belajar sama beliau dan Bapak Hasan Basri alias Gaek Siri Paduko seperti Uda Hosra,Uda Jon, Mon, Boy, Ujang dan lain-lain, dan dari anak-anak beliau hampir semuanya belajar silat sama beliau seperti Uda Us, Mandala, Venus, Yahya, Ridho, danlain-lain. Karena tidak tau namanya satu persatu, dan ada beberapa orang anak beliau yang sudah mahir dalam memainkan silat beliau ini.
Murid-murid beliau yang sudah menjadi guru dan pernah membuka sasaran yaitu Asril, Hasan Basri alias Gaek Siri Paduko yang cukup lumayan banyak juga murid beliau pada masanya, dan seterusnya dan yang pernah membuka sasaran yaitu Uko, Cak Al, Soger. Pada masa Uda Soger membuka sasaran cukup lumayan banyak muridnya namun dengan berjalannya waktu sasarannya ini mulai redup karena berbagai hal maklum kondisi di kampung,dan saat ini yang membuka sasaran yaitu Bang Ucok di Kota Jambi dan Uda Hosra di Kota Bandung
Murid-murid yang pernah belajar sama beliau bukan hanya dari Nagari Cupak saja tapi dari beberapa daerah lainnya baik dari Minankabau maupun dari daerah lainnya, yaitu ada yang :
1. Berasal dari Tanjung Pinang
2. Berasal dari Pematang Siantar
3. Berasal dari Bangka belitung
4. Berasal dari kota dan kabupaten Solok diluar Nagari Cupak seperti Koto Anau,dll
5. Berasal dari kota Padang
Dan sampai hari ini silek beliau ini belum ada namanya seperti silek Minang yang lainnya, akhirnya salah satu murid beliau berinisiatif menamakannya silek cupak Mak Danin Capek, karena lahirnya di Nagari Cupak yang diciptakan oleh Mak Danin Capek,dan alhamdulillah beliau masih hidup sampai hari ini, perkiraan umur beliau sekitar 70 th sampai 75 tahun. Sedangkan murid beliau Bapak Hasan Basri alias Gaek Siri Paduko lebih tua beberapa tahun dari beliau.
sedikit gambaran tentang silek Minang yang beliau ajarkan ini, dalam silat yang beliau kreasikan ini yang sering beliau sebut silat langkah tiga, karena dasar langkahnya langkah tiga, tidak ada kembangannya kalau dalam istilah urang cupak dak ado bungonyo (tidak ada kembangannya) atau istilah lainnya makan sadonyo (gerakan dan serangannya kena semua) ada tujuh bagian dalam silat ini yang beliau ajarkan yaitu :
- Langkah (Posisi Kaki)
- Palabeh (Posisi Tangan)
- Gelek
- Galicik
- Galenong
- Angin
- Raso
Beliau mengajarkan kepada murid-muridnya bahwa beladiri terbaik dan yang paling efektif adalah diri itu sendiri sedangkan jurus ataupun gerakan itu hanya sebagai sarana melatih reflek,
maka reflek yang dihasilkan langsung dari gerakan tubuh maka akan lebih cepat dan lebih bertahan didalam diri kita.
Karena tidak perlu dihapal sebagai sebuah kesatuan jurus, malah jurusnya tidak akan terbatas atau gerakan tubuh dalam mem-variasi-kan serangan maupun teknik melepaskan diri dari serangan musuh ataupun teknik menghancurkan serangan musuh akan terus bertambah dan berkembang tanpa batasan. Allah telah menyempurnakan tubuh kita dengan berbagai senjata yang sangat efektif, ada tujuh senjata ditubuh kita yang Allah berikan kepada manusia yaitu :
1. Kepala
2. Bahu
3. Sikut
4. Pergelangan tangan kebawah
5. Pinggang
6. Lutut
7. Pergelangan/mata kaki kebawah
Jadi semuanya ada tujuh-tujuh sebagaimana Allah menciptakan tujuh lapis langit, tujuh lapis bumi,dan tujuh masa penciptaan alam semesta ini beserta penyempurnaannya dan tujuh anggota sujud pada saat sholat. Itulah sekilas falsafah silat yang beliau ajarkan kepada kurid-muridnya sebagai suatu pedoman dalam bersilat,sehingga bisa memaksimalkan seluruh potensi diri dalam berlatih silat.
Sampai hari ini beliau masih hidup di Nagari Cupak tepatnya di Desa Balai Pandan dengan sangat bersahaja menghabiskan masa tuanya bersama istri, anak dan cucunya.
Demikian gambaran singkat tentang perjalanan hidup Mak Danin Capek sebagai seorang kreator salah satu aliran silat di Minangkabau.
source: bayu umbara @ artikel waroeng silat