Silat pauh ternyata digunakan guru tarikat Naqsabandiyah di Kecamatan Pauh, Kota Padang untuk menarik seorang laki-laki belajar tarikat Naqsabandiyah.
"Siapa yang hendak belajar beladiri pencak silat pauh harus masuk dulu ke dalam ajaran Naqsabandiyah," ujar Syafri Malin Mudo, guru Naqsabandiyah di Musala Baitul Makmur, Pauh, Sabtu (6/12).
Syafri yang juga pengurus silat "Alam Pauh Sejati Nan Jombang" ini mengakui pelajaran silat pauh salah satu strategi menarik orang untuk belajar Naqsabandiyah. Secara turun-temurun setiap malam minggu diadakan latihan silat dekat musala.
"Silat pauh sangat dikenal di Kota Padang , setiap pertandingan silat pauh selalu meraih juara," katanya.
Jika seseorang ingin belajar silat, ada dua tahap yang harus dilaluinya. Pertama dari surau ke halaman. Mereka terlebih dulu sembahyang dan berdoa di surau, baru kemudian turun ke halaman untuk berlatih.
Sebelum berlatih, terlebih dulu si murid menyediakan syarat seekor ayam, sebilah pisah, kain, dan cermin. Ayam ini kemudian dipotong.
"Saat pemotongan ayam ini akan diketahui karakter murid baru yang akan mengikuti latihan silat tersebut, apakah itu akan dilanjutkan ke tingkat atas atau tidak," ujarnya.
Jika lulus syarat, si murid baru langsung diajarkan latihan dasar silat yang dibina seorang guru bernama Rajo Basa.
Jika sudah mapan dalam gerakan silat maka tahap selanjutkan adalah dari halaman masuk surau. Tapi dengan syarat mereka yang telah dipilih oleh gurunya.
"Para murid kembali diajarkan pencak silat tapi tidak di halaman surau namun dalam surau yaitu penyaluran tenaga dalam dan itu bukan sembarangan saja, itu adalah murid pilihan," katanya.
Latihan silat akan dilakukan pada malam hari sesudah salat Isa hingga pagi menjelang Subuh. Saat belajar inilah para murid selain belajar beladiri juga belajar Tarikat Naqsabandiyah.
"Dari dulu hingga sekarang semua guru di surau Naqsabandiyah memiliki ilmu beladiri silat pauh sebagai bekal hidupnya," kata Syafri. (ruslian/s)
sumber: padangkini