Silat Harus Membuka Diri
PERKEMBANGAN pencak silat dewasa ini semakin menunjukkan dampak positif karena semakin diminati negara-negara lain. Salah satu indikator perkembangan pencak silat di manca negara itu antara lain terselenggaranya kejuaraan-kejuaraan pencak silat di berbagai negara secara periodik. Sebagai contoh, dewasa ini muncul kejuaraan pencak silat Belgia Terbuka, Prancis Terbuka, hingga kejuaraan dunia.
Perkembangan pencak silat yang begitu pesat itu tentunya satu sisi dapat disebut sangat menggembirakan, Namun disisi lain, aspek pengelolaan yang masih bersifat tradisional rupanya masih belum mendukung.
Pada Seminar Nasional Pencak Silat Dilema Pencak Silat Mendunia yang digagas HPS Panglipur, belum lama ini mengorek sejumlah persoalan yang muncul dalam proses perkembangan pencak silat yang mendunia itu.
Ketua Harian PB IPSI Rahmat Gobel memaparkan, kejuaraan pencak silat dunia (World Championship) di Singapura bulan Desember 2004 diikuit sebanyak 21 negara. Ada rasa kebanggaan bahwa negara lain ternyata serius menggeluti pencak silat. Bahkan, pesilat-pesilat Vietnam kembali menjadi juara umum mengalahkan pesilat-pesilat dari Indonesia sebagai negara di mana pencak silat berasal.
Perkembangan pencak silat di luar negeri itu juga menyisakan sejumlah persoalan seperti kurangnya hubungan antara perguruan silat yang berada di luar dengan yang di dalam negeri.
Kita menjumpai adanya beberapa perguruan pencak silat di luar negeri dengan nama sendiri tanpa mempunyai hubungan dengan perguruan di Indonesia. Sampai-sampai timbul pertanyaan, dari mana mereka belajar, apakah dari Indonesia atau bukan? Bahkan mereka mencantumkan gelar pada kartu namanya seperti master atau grand master atau guru besar untuk aliran tertentu. Dari mana gelar tersebut? ungkap Gobel.
Rahmat Gobel pun mengatakan, perkembangan pencak silat di beberapa negara mengalami kendala seperti pengakuan secara resmi dari pemerintah setempat, serta masalah protes terhadap wasit.
Sementara salah satu pembicara seminar, Acil Bimbo mengatakan, kalangan yang berkecimpung di dunia pencak silat Indonesia masih belum membuka diri atas perkembangan pencak silat yang merambah dunia ini. Salah satu aspek yang perlu diperhatikan yakni manajemen atau pengelolaannya yang masih bersifat tradisional.
Acil mengatakan, pencak silat perlu merubah tradisi ke arah yang lebih terbuka. Pertandingan pencak silat di pentas nasional saat ini belum mencerminkan kekayaan dunia persilatan Indonesia. Pasalnya, tiap perguruan di daerah-daerah memiliki karakteristik tersendiri. Maka salah satu hal yang harus dilakukan yakni pengemasan pencak silat.
Dengan pemahaman bahwa perkembangan seni bela diri berkembang cepat baik dalam gerak maupun jurus, fight, penampilan maupun kemasan, maka rasanya IPSI harus memandang jauh ke depan diawali dengan kesadaran bahwa pencak silat perlu perubahan paradigma, kata Acil.
Lebih lanjut Acil mengemukakan, bahwa pencak silat melalui IPSI perlu melakukan dua program yakni program jangka pendek yakni merebut kehormatan prestasi pencak silat di dunia sebagai bangsa yang mempunyai persilatan. Program jangka panjang yakni meningkatkan kualits sumber daya mulai dari tingkat paguron-paguron dan daerah sampai ke tingkat internasional.(P-11)***
Sumber : pikiran-rakyat.com
www.silatindonesia.com