Mencegah Jurus Lokal Punah


GELAK tawa terdengar dari aula Padepokan Pencak Silat, Taman Mini Indonesia (TMII), Sabtu (3/10) lalu. Sekitar 10 orang tengah berdiskusi dan bergurau di aula latihan terbuka. Mereka adalah pesilat dari perguruan silat betawi Cingkrik Goning. Selain murid-murid Cingkrik, pesilat dari aliran lain juga berlatih di areal padepokan. Inilah bentuk kegiatan yang dikoordinir Komunitas Sahabat Silat. Eko Hadi, salah satu pendiri Sahabat Silat, menyatakan tujuan utama mereka adalah melestarikan berbagai aliran silat asli Indonesia. "Kami memiliki harapan agar silat tradisional diminati dan dicintai generasi muda," katanya.

Eko mengungkapkan, aliran atau perguruan silat tradisional saat ini terpinggirkan. Hanya sedikit anak muda yang mau mempelajari pencak silat. Ini kontras dengan minat anak-anak muda untuk menekuni berbagai cabang beladiri asing. "Ini yang membuat kami khawatir," ujarnya. Kegelisahan itu biasanya mereka tuangkan dalam mailing list pencinta silat yang memiliki alamat di silatindonesia@yahooogroups.com. "Kami mulai menyadari keprihatinan bersama," ujar Yanweka, seorang pendiri milis. Yanweka bersama Eric Bovelender (wasit di Persekutuan Silat Antarbangsa), Luri Darmawan (pemilik host kioss.com), dan beberapa rekan lainnya lantas mendirikan situs  silatindonesia.com sebagai sarana mempromosikan silat di dunia maya. "Kami membuatnya karena sulit mencari informasi tentang silat Indonesia di Internet," kata Yanweka. Informasi silat justru ditemukan dari situs-situs asing dan situs perguruan tertentu.

Tidak mengikat
Diskusi hangat di dunia maya lalu berlanjut pada pertemuan. Dari beberapa kali acara kopi darat, lahirlah kesepakatan membentuk organisasi yang menjadi wadah silaturahmi orangorang yang berempati terhadap perkembangan silat tradisional. Lahirlah Forum Pencinta dan Pelestari Silat Tradisional Indonesia pada 10 Juni 2006. Karena berbentuk komunitas, forum ini tidak mengikat. "Semua orang berhak dan bebas untuk terlibat," kata Ery Nugroho, salah seorang pendiri. Untuk mengurusi organisasi ini, terbentuk pengurus dengan latar belakang yang beragam seperti pengacara, manajer keuangan, programer, atlet, wartawan, mahasiswa dan lainnya. "Kesamaan mereka cumasatu, sama-sama mencintai silat," kata Iwan Setiawan, seorang pengurus.

Berbagai kegiatan pun digulirkan, seperti pemetaan dan dokumentasi beberapa perguruan silat yang berada di Jakarta dan sekitarnya. Forum juga mengadakan diskusi bulanan untuk mengenalkan guru dan perguruan silat tersebut. "Informasi kami sebar melalui milis dan situs," kata Alda Amtha, koordinator forum. Kalau ada yang berminat belajar, Forum bersedia memfasilitasi tempat dan waktu. "Masalah iuran menjadi urusan guru atau perguruan yang bersangkutan," katanya. Aktivitas mereka me narik perhatian Pre siden Per sekutuan Pencak Silat Antar-Bangsa (Persilat) Eddie M. Nalapraya. Mantan Ketua Umum Ikatan Pencak Silat Indonesia dan Wakil  Gubernur DKI Jakarta itu akhirnya bersedia menjadi pembina. Nama organisasi berubah menjadi Komunitas Sahabat Silat pada 2007. Aktivitas komunitas pun menjadi semakin bervariasi, seperti program Wisata Silat ke Cianjur. "Di sana kami disambut meriah oleh bupati dan sesepuh maenpo (pencak) Cianjur," kata Alda. Saat ini sudah ada 25 perguruan yang terlibat dalam komunitas. Adapun jumlah peserta situs silatindonesia. org sudah mencapai 3.000 orang.

 

EKO Hadi, salah satu pendiri komunitas Sahabat Silat, menyebut, ada tiga karakter  aliran atau perguruan silat tradisional. Pertama, memiliki rentang sejarah yang cukup panjang. Kedua, belum mengadopsi sistem perguruan modern, seperti memiliki jenjang pemeringkatan berupa sabuk. Ketiga, lebih menekankan ke aspek beladiri dibandingkan aspek olahraga atau seni. Yang menyedihkan, ujar Eko, banyak aliran atau perguruan yang punah karena tidak ada memiliki penerus. Ia mencontohkan, silat aliran Serak. Saat ini, bisa dibilang tidak ada warga di Indonesia yang masih menekuni gerakan silat Serak. Jejak serak memang masih terlihat di dunia maya. Mesin pencari  Google akan memperlihatkan situs www.serak.com yang menawarkan pelatihan beladiri silat Serak. Pengelolanya adalah Victor de Thouars Academy yang berbasis di Amerika Serikat. Ironisnya, kata Serak sudah diikuti huruf R atau merek yang dimiliki Victor. "Ini terjadi karena tidak ada yang berusaha melestarikan silat tradisional," kata Agus Suprayogi, anggota komunitas. Cara terbaik mencegah nasib serak terulang adalah membuat silat menjadi lebih menarik bagi anak muda. Komunitas mengenalkan silat dengan mengutamakan aspek efektivitas dalam beladiri serta manfaatnya dalam membina fisik dan kepercayaan diri. Jadi, pencak silat tidak lagi dipandang sebagai seni beladiri yang kampungan. "Itu yang menjadi alasan banyak orang enggan berlatih silat," ujarnya.

 

sumber:
kontan



 

Forum Sahabat Silat