TPI Fighting - Meraba Perkembangan Beladiri Indonesia
Oleh: Aj Prayudi
Setelah menampilkan tayangan Unlimited Fighting Championship (UFC) versi Amerika dan Pride FC versi Japan, TPI kini membawa event tersebut untuk dipertandingkan di Indonesia.
Dengan doktrinasi terhadap calon petanding yang harus mengutamakan sportifitas dan keselamatan bersama, TPI berhasil membawa pertandingan tersebut menjadi pertandingan yang sangat menarik bagi masyarakat pecinta beladiri. Bahkan dukungan dari pengurus pusat dan promotor olah raga gulat, tinju, karate, silat, dsb, telah membuat event ini sangat disukai tanpa ada kritikan tajam dari masyarakat umum.
Namun kita perlu simak bersama, apakah tujuan event ini sebenarnya ? apakah untuk mencari beladiri yang unggul ataukah mencari petarung-petarung handal yang menguasai Mix MartialArts (beladiri campuran). Kalau kita melihat sejarah UFC, pada awalnya adalah mereka mencoba mencari beladiri paling unggul diantara beladiri lain. Namun seiring waktu, tujuan itu berubah menjadi mencari petarung handal di dalam arena, karena seseorang tidak akan menang dengan mudah bila hanya menguasai satu aliran saja.
Begitu pula halnya dengan TPI Fighting. Hingga TPI Fighting ke-2, para atlet yang turun masih kental membawa hasil beladiri yang selama ini mereka tekuni. Pegulat akan menggunakan tehnik gulat murni, pesilat masih menggunakan tehnik silat, begitu juga dengan karate, taekwondo, judo, dll. Hal ini karena belum berbudayanya istilah Mix MartialArt di Indonesia.
Umumnya, bila kita mengikuti suatu aliran beladiri, kita akan bangga dan loyal terhadap beladiri yang kita ikuti. Kita tidak akan tertarik untuk menekuni beladiri lain, sehingga tehnik yang kita miliki hanyalah tehnik dari satu aliran beladiri.
Bila hal ini terus berjalan, tanpa ada inisiatif dari para atlit TPI Fighting untuk mempelajari tehnik lain, hasilnya akan terlihat bahwa pemenangnya akan di dominasi oleh atlet-atlet gulat, jiujitsu, judo, kempo dan sejenisnya. Hal ini dikarenakan cara bertanding gulat memang sudah terbiasa dengan tehnik membanting dan mengunci.
Namun seiring dengan perkembangan, mungkin pada seri ke-4 dan seterusnya, akan mulai terlihat tehnik homogen dari para atlet TPI Fighting. Mereka tidak akan lagi hanya mengandalkan gulat saja atau karate saja, tetapi mereka akan menguasai tehnik gabungan dari gulat, jiujitsu, karate, tinju, silat dsb. Karena seorang atlet TPI fighting harus siap menghadapi lawan dalam posisi apapun (standing atau ground). Oleh karenanya, tehnik mereka akan berkembang sama, hanya skill, speed dan fisik yang akan membuktikan siapa yang lebih unggul diantara mereka.
Lalu, akankah ini berdampak terhadap perkembangan beladiri di Indonesia ? Bukanlah hal yang mustahil, bila nanti akan berkembang aliran-aliran beladiri baru yang tidak membawa satu aliran beladiri, tetapi menawarkan Mix Martialart (beladiri gabungan), yang akan memberikan pelajaran beladiri baik untuk posisi standing fight, grounding fight ataupun kuncian jarak dekat. Akankah perkembangan ini mengganggu perkembangan karate, gulat ataupun silat di Indonesia ? Suatu pertanyaan yang perlu direnungkan oleh pengurus pusat setiap beladiri..
Selamat berlatih and say ?NO? to drugs..
www.silatindonesia.com