Figure 5 Benua, 4 Samudera



Gremisan (Gendu-gendu Rasa Malam Kemisan);(1)

Pondok Klapa, 2 Agustus 2006. Mungkin pantas menjadi sebuah kebanggaan serta menguarangi rasa cemas bahwasanya pencak silat yang kita miliki tidaklah punah di mankan zaman, ternyata masih ada pecintanya yang terus berusaha mengembangkan dan melestarikannya walau tinggal segelintir saja.
Belum hilang dalam ingatan kita saat sebuah opini dan pandangan di satukan untuk membentuk satu tujuan bersama demi kepentingan bersama, tidaklah mudah dibayangkan menyatukan sebuah visi dan pandangan yang berbeda dari individu yang berbeda dan sangat beragam baik status social, gaya hidup serta kepribadian. Namun semua itu tidak terlalu nampak di temui dalam acara pembentukan forum yang beranggotakan praktis sekaligus pecinta silat baik yang masih tradisional ataupun yang telah beradaptasi dalam moderenisasi.
Eksistensi, Komitment, Semangat, dan percaya diri, adalah sebagian bekal yang dibutuhkan untuk sebuah organisasi yang baru lahir dan masih dalam tahap asuhan apalagi lahir tidak hanya asal lahir namun terlahir di tengah kompleksitas dan perubahan generasi suatau bangsa yang sedang berkembang.
Hal ini patut di persiapkan dan harus tersosialisasi secara lebih mendekat sesuai sasaran terhadap kader-kadernya sendiri sebagai contoh dalam kader Forum Pecinta Dan Pelestari Pencak Silat Tradisional (P2PST), sebuah wadah yang resmi didirikan beberapa waktu lalu di Jakarta.
Tujuannya jelas, supaya organisasi yang telah di bentuk tidaklah menjadi sebuah wadah dengan nama megah lalu sesaat hilang tanpa kabar, tetapi diharapkan menjadi organisasi yang besar , kreatif dan tetap eksis dan terus bersemangat berkarya, terlebih memiliki peran ganda di tengah masayarakat yaitu selain menjalankan program organisasi namun juga dapat menjadi obor bagi masayarakat untuk mentransfer sebuah ilmu pengetahuan untuk berperanserta membantu meningkatkan SDM organisasi ataupun masyarakat luas.

Icon 5 Benua, 4 Samudera

Lama tinggal di negeri orang dengan berbagai kultur serta tradisi masyarakat yang berbeda termasuk beladiri khasnya tidak membuat Oong Sumaryono lupa akan tanah leleuhurnya Indonesia. Beberapa hari lalu, Master pencak silat yang telah lama malang melintang hampir sekeliling dunia ini hadir kembali dalam lawatan yang ke dua setelah sebelumnya turut hadir dan menjadi penasehat dalam acara pendirian Forum Pecinta dan Pelestari Pencak Silat Tradisional, kali ini beliau hadir di ?Lamisan? (Gendu-gendu rasa malam kamis) forum tersebut, yang sementara berbasis di Perumahan Komplek Karyawan DKI Pondok Klapa (rumah Sdr. Eko selaku kordinator organisasi).

Dalam Silaturahmi ini beliau memang menyempatkan diri untuk memberikan wejangan di acara yang menjadi jadwal rutin forum berkaitan dengan program pelatihan main pukulan aliran Sabeni, Tanah abang yang sudah berjalan.
Malam itu figure yang merupakan icon pendorong forum P2PSN ini meberikan wejangan sekaligus menyatakan dukungan moril untuk tetap berada di belakang organisasi yang mempunyai Visi dan Misi untuk melestarikan Pencak silat tradisional, termasuk di dalamnya memberikan saran untuk mengelola pencak silat agar terus di lestarikan dan di kembangkan bersama. Dalam hal ini, forum tetap sebagai jembatan pembantu bagi para pewaris pencak silat tradisional yang memang telah menyatakan kesediaannya untuk mengembangkan pencak silat keluar lingkungan tempat tinggal asalnya secara nyata, terbuka dan bersama-sama.

Suasana pertemuan Lamisan memang lain dari biasanya selain dihadiri mantan juara pencak silat legendaris dunia yang juga mendapat gelar ?Dan-3? Tae Kwon Do, di tambah lagi kehadiran 2 (dua) pesilat dari Amsterdam ( ) turut meberikan semangat latihan, diskusi, sekaligus studi banding mengenai metode pengajaran pencak silat Indonesia-belanda. Cara mereka menganalisa gerakpun membuat anggota forum yang hadir tersenyum dan timbul satu niat sama, ada yang perlu diadopsi disana, untuk memperbaiki kekurangan pada metode pembelajaran terutama, menjadi simpati tersendiri saat salah satu dari pesilat bule itu mengatakan bahwa dirinya telah mengenal silat selama 20 tahun,(ketika ada anggota forum yang iseng bertanya dan di terjemahkan dalam bahasa Belanda).
***
Ketika kita membicarakan Silat Maniac pasti terbesit figure seorang murid utama atau murid kesayangan hal itu memang tidak asing pada perguruan pencak silat tradisional, selain itu metode pelatihan system tuntun dalam juga menjadi cirri khas tersendiri disana. Tapi disayangkan pada silat tradisonal yakni miskinya keterbatasan falsafah jurus yang di ajarkan, apalagi pada orang lain sedangkan pada murid utamanya pun belum tentu diberikan separuh dari keseluruhan jurus yang di ajarkan. Padahal orang yang belajar satu jurus dengan mengetahui falsafah jurusnya akan lebih berguna di banding yang banyak belajar tetapi tidak tau makna dan peranan jurusnya.
Selain kurangnya falsafah yang di kupas, pemberian nama pada setiap gerak dan jurus sangat di perlukan untuk memudahkan pemahaman dalam mengingat gerakan yang diterima dari guru (pelatih) bagi siswanya, maka sebaiknya kekurangan itu perlu kita perbaiki seperti dengan jalan; melakukan pendataan pada setiap gerakan pencak, menyusun data base lalu, membuat semacam uarian dan combain dari semua gerak yang telah di data agar memudahkan dalam menganalisa fungsi dan gerakan pada pencak silat tardisional, tentunya dalam hal ini peran laboratorium teknik pencak silat sangat di perlukan.

Peranan ini di harapkan dapat terus meberikan terobosan bagi pencak silat, penelitian dan pengembangan agar pencak silat kita dapat terus di lestarikan setidaknya sampai ke 5(lima) Benua, dan 4(empat) Samudera. (by MsEzraDanuLelana/08/06)

www.silatindonesia.com


Related Tags :