By O'ong Maryono
Padepokan Pencak Silat Indonesia yang megah disela-sela kesunyian yang ditinggalkan
kepelatihan tim pecak silat Indonesia yang dipersiapkan untuk menghadapi Kejuaraan
Dunia Pencak Silat yang direncanakan akan digelar Desember 2008 mendatang di Bali
ternyata gagal dikarenakan, minat peserta jumlahnya kurang dari 20 negara yang bersedia
mengirimkan pesilatnya. Kekosongan agenda kegiatan masih tertolong dengan adanya kegiatan pertandingan Pencak silat antar perguruan tinggi se DKI Jaya.
Seperti biasa kegiatan event diperingkat perguruan tinggi tidak selalu dipromosikan
kepada publik umum, kegiatan semacam ini terbatas dikalangan mahasiswa pencinta
pencak silat semata. Jika dilihat tujuannya untuk membina silaturahmi dikalangan pesilat
antar perguruan tinggi, merupakan upaya yang sangat mulia.
Pertandingan ini diikuti 16 perguruan tinggi yaitu UNJ, UMJ, APP, Politeknik Jakarta, ST
Perikanan, UIN, STEI, YARSI, GUNADARMA, UI dll.
Kelas yang dipertanding dari kelas A-G putra, sedang kelas putri mulai kelas A- E . Untuk
kelas TGR mempertandingkan tunggal putra/putri dan kelas ganda putra saja dengan
diramaikan total peserta seratus lebih pesilat.
Seperti biasa setiap pertandingan pencak silat di adakan di Padepokan Pencak Silat
Indonesia yang berada dikawasan TMII Jakarta Timur, selalu sepi akan penonton.
Pengunjung hanya sekelompok mahasiswa pendukung yang berasal dari pesilat yang
terlibat dalam kegiatan campus semata.
Pertandingan yang berlangsung singkat selama 2 hari menghasilkan keputusan perolehan
medali terbanyak diraup UNJ satu satunya tim terkuat dan memiliki kemampuan teknik
merata disetiap klas yang dipertandingkan, posisi kedua direbut oleh PERBANAS dan
ketiga diambil oleh UPN. Menurut sumber yang dapat dipercaya para pesilat baru
mendengar berita adanya pertandingan pencak silat 2 minggu yang lalu, hampir semua
pesilat tidak siap untuk mengikuti pertandingan, rancunya informasi kalender
pertandingan dan kurangnya dukungan dari perguruan tinggi membuat pelatihan pencak
silat di campus mati suri. Wajah pertandingan yang ada, jika dilihat dari view mutu sport
prestasi sangat mengawatirkan. Kurangnya persiapan para pesilat memberikan gambaran
wajah pertandingan pencak silat jauh dari harapan, lesunya minat mahasiswa akan pencak
silat dari tahun ke tahun semakin menajam menjadikan pertanyaan kita semua.
Sepatutnya kita acungkan jempol kepada panitia pelaksana yang masih mau
memperjuangkan keberadaan pertandingan pencak silat antar perguruan tinggi se DKI.
Sepinya minat remaja akan pencak silat kurun beberapa tahun ditanggapi dengan serius
oleh PB.IPSI, organisasi pengayom pencak silat mencoba secara konsisten mengadakan
banyak kegiatan pertandingan, seperti pencak silat sirkuit di tanah air, dengan harapan
dapat menjaring pesilat pesilat yang tangguh.
Jika menoleh kebelakang pertandingan pencak silat pantai ABG di Bali jumlah perolehan
emas pencak silat olahraga tim tuan rumah hanya merebut 1 emas sedangkan 4 emas
lainnya diperoleh dari pencak silat seni. Keadaan ini sangat mengawatirkan perolehan
emas pada event internasional berikutnya.
Pertengahan dan penghunjung tahun 2009 kita akan dihadapkan pertandingan pencak
silat Asia Indoor Games di Vietnam dan SEA Games di Vientien Laos.
Kecenderungan besar tuan rumah tidak akan mempertandingkan pencak silat seni yang
selalu memberikan perolehan emas bagi tim pencak silat kita.
Jika kembali menelaah ke atas dimana kalangan mahasiswa sebagai pesilat intelektual
sudah dihinggapi rasa ketidak tertarikan akan pencak silat olahraga, memungkinkan akan
juga dapat mempercepat keterpurukan perkembangan pencak silat nasional, dimana saat
pencak silat di kawasan ASEAN memiliki kekuatan yang sudah merata.
Lalu bagaimana pendapat anda agar hypotesa keterpurukan pencak silat olahraga
Indonesia tidak