(Disarikan dari buku karangan Yahya Saputra dan Irwan Sjafi’ie “Beksi, Maen Pukulan Khas Betawi’, diterbitkan oleh penerbit Gunung Jati,Jakarta 2002)
BEKSI : MAEN PUKULAN BETAWI
1. Asal Usul Beksi
Seni budaya beladiri yang oleh orang betawi disebut maen pukulan Beksi lahir dari kemampuan orang terpilih yang tiada hentinya melatih kepekaan inderawi, mengolah kelebihan atau kelenturan anatomi tubuh dan belajar sebanyak mungkin dari pertanda alam seperti riak sungai, hembusan angin, gerak dan laku macan, monyet, kelabang, belalang,dst (hal 19). Menurut buku ini, asal usul beksi ada beberapa versi.
1. Versi pertama. Versi ini dikisahkan oleh seorang sesepuh Beksi: H Atang Lenong (usia 84 tahun –ketika wawancara tahun 2001). Beksi mulai muncul ke permukaan dalam kurun pertengahan abad 19 sekitar tahun 1850-1860-an. Pada masa ini ada seorang tuan tanah di daerah tangerang bernama Gow Hok Boen yang tinggal di kampung kosambi. Tuan tanah ini kebetulan gemar akan beladiri dan menguasai ilmu kuntao atau kungfu. Orang local tangerang mengenal Gow Hok Boen sebagai Tuan tanah kedaung. Sebagai tuan tanah, Tuan Gow punya sekian banyak centeng untuk membantunya. Kepala centengnya bernama Ki Kenong yang memiliki ilmu beladiri yang tinggi dan dicampur dengan ulmu sihir yang dahsyat. Tertarik dengan beladiri, Tuan tanah ini mengadakan sayembara untuk mencari jagoan yang lebih hebat dari kepala centengnya dan mendapat kedudukan menggantikan jabatan sebagai kepala centeng. Maka setiap malam minggu diadakan pibu alias duel dengan banyak jagoan yang mau mengadu ilmu dan keberuntungan dengan melawan Ki Kenong. Namun dari sekian banyak penantangnya belum ada satunpun yang berhasil mengalahkan Ki Kenong. Tersebutlah ada seorang tukang singkong rebus (disebut ancemon atau singkong urap) bernama Pak Jidan yang setiap malam menjual singkong di tengah keramaian pertunjukan duel ini. Pak Jidan mengambil singkong dari hutan dekat tempat tinggalnya dan singkong tersebut tidak habis-habis dan seperti ada yang memelihara, namun karena di hutan Pak Jidan tidak ambil pusing. Suatu sore, ketika pak Jidan beristirahat di rumahnya dia didatangi oleh soerang pemuda yang protes karena singkong yang dia tanam dan pelihara di hutan diambil oleh pak jidan. Karena tidak tahu pak Jidan pun minta maaf. Melihat keluguan dan kekjujuran pak Jidan serta hidupnya yang miskin, orang misterius itu menawarkan untuk membantu pak Jidan dengan memberi pelajaran maen pukulan, tidak peduli waktu itu pak jidan sudah berumur sekitar 60-an. Singkat kata, Pak jidan menerima pelajaran maen pukulan sebanyak 8 jurus dan tiga atau empat lagi belum diajarkan, yang akan diajarkan oleh orang lain. Sebelum pergi orang misterius itu minta kemenyan dan berpesan bahwa dia bisa dipanggil jika pak jidan memerlukan dengan membakar kemenyan dan membaca mantra. Ketika orang itu epergi, Pak Jidan melihat ekor macan tersembul dari balik jubahnya danjuga tengkuknya terlihat loreng-loreng seperti layaknya kulit harimau. Pak jidan pun terkejut dan maklum bahwa dia dikunjungi dan diajari maen pukulan oleh Ki Belang atau Siluman Macan Putih. Malam selanjutnya, pak Jidan berjualan seperti bias adi tengah pentas duel. Disebabkan karena jengkel dengan jagoan-jagoan yang tidak bayar sewaktu makan singkong daganganya, PaK Jidan menedang keranjang dagangannya dan melayang masuk ke tengah gelanggang. Tuan tanah Gow pun marah dan menyuruh orang menyeret Pak Jidan e tengah arena dan memaksanya bertarung dengan Ki Kenong. Di luar dugaan, Pak Jidan mampu mengalahkan di Kenong dengan ilmu yang diajarkan oleh Ki Belang itu. Menurut legenda, dengan jurus baroneng Pak Jidan melumpuhkan ilmu Ki Kenong yang terkenal dengan ‘pukulan tangan berapi’. Ketika ditanya oleh Tuan Gow tentang ilmu yang dipakai oleh Pak Jidan, dia tidak tahu apa namanya. Lalu tuan Gow Hok Boen menyebutnya Beksi artinya pertahanan empat mata angin. Sejak itu terkenallah Pak Jidan—yang diangkat sebagai kepala pengawal keamanan-- dengan ilmu beksinya.
2. Versi kedua diceritakan oleh H Mahtun (lahir di petukangan 1945). Alkisah di kampung bagian timur tangerang hiduplah seorang laki-laki yang mahir beladiri bernama Raja Bulu berusia sekitar 63 tahun yang hidup berdua dengan anaknya yang gagu (bisu), istrinya sudah meninggal dunia. Kehidupan Raja Bulu berkecukupan dengan pekerjaan mengajar silat dari kampong ke kampong. Si anak sendiri tidak mau belajar silat pada bapaknya. Suatu ketika Raja bulu bertanya pada anaknya mengapa dia tidak mau belajar maen pukulan. Dan jawabannya sungguh mengejutkan: karena di anak belum tentu kalah dalam sambut-pukul dengan Raja Bulu. Si ayah lalu mengetes dan terjadilah pertarungan dan menjadi keteter atau kewalahan menghadapi ilmu anak bisu. Akhirnya si anak mengaku bawah selama ini dia belajar maen pukulan di hutan dan dilatih oleh siluman mcan putih. Karena belum ada nama, Raja bulu menyebut ilmu yang dikuasai oleh anaknya : Beksi: sebab seperti segi empat dengan empat arah . Sejak itu Raja Bulu pun belajar pada anaknya dan ilmu ini pun diajarkan ke murid-muridnya.demikian beksi pun berkembang.
Dalam perkembangan selanjutnya para pendekar Beksi memberi banyak makna pada ilmu maenpukulan ini. Ada yang menartikannya BEKSI= Bserbaktilah Engkau pada Sesama Insan ....
Asal usul di atas merupakan folklore, ceira rakyat berisi legenda yang didalamnya terdapat kenyataan dan juga legenda.
2. Tokoh-tokoh Beksi
Hampir semua aliran beksi mengakui bahwa yang mengajarkan pertama-tama ilmu beksi adalah Ki Kidan ( Ki Iban) dan atau Raja Bulu.
Lebih lanjut inilah para tokohnya berdasarkan generasi:
- Generasi I : Raja Bulu dan Ki Jidan (Ki Iban)
- Generasi II : Ki Lie Cengk Ok, Ki Tempang, Ki Muna, Ki Dalang Ji’ah
- Generasi III :Kong Marhali, Nyi Mas Melati, Kong Godjalih
- Generasi IV : Kong H Hsabullah, Kong HM Nur, Kong Simin, Minggu, Salam Kalut, H Mansyur, Muhammad Bopeng
- Generasi V : Tonganih, Dimroh, HM Yusuf, HM Nuh, Sidik, H Namat, H Syahro, Mandor Simin, Umar
- Generasi VI :H Machtum, Tong tirih, H Dani, Udin Sakor, Soleh, Tholib/syaiful, dll
- Generasi VII : Abdul Aziz, Abdul Malik, HA Yani, Mftah, Nasrullah, dll
Ki Iban/Raja Bulu memiliki murid yaitu : Ki Lie Cengk Ok, Ki Tempang, Ki Muna, Ki Dalang Ji’ah
Yang belajar pada atau menjadi murid dari Ki Ceng Ok yaitu : Kong Godjalih, Kong Marhali. Sedangkan Nyimas Melati berguru pada Ki Dalang Ji’ah.
Para murud dari Ki Ceng Ok terus menerus menyebarkan Beksi hingg ke Jakarta dan tempat lain. Mereka dikenal denga sebutan Beksi empat serangkai yakni : Kong Jali, Kong Has, Kong Nur dan Kong Simin.
3. Jurus-jurus dan belajar Beksi
Jurus-jurus Beksi terkenal dengan keras, cepat, ringkas danemngarah pada tempat-temapt yang mematikan pada tubuh. Sebelum mempelajari jurus, murid biasanya mengikuti syarat penerimaan siswa yang disebut rosulan atau ngerosul; berupa tawasul disertai zikir tahlil memanjatkan doa Pada Allah agar dalam mempelajari beksi diberi keridlaan, kekuatan, ketabahan dan kesabaran.
Dalam permaian jurus, ada banyak melakukan gedi (hentakan kaki ke lantai) dan gerakan tangan yang sangat cepat. Oleh sebab itu dianjrukan untuk melotot dan tidak berkedip dalam melihat gerak lawan.
Cara belajar –mengajar beksi :
1. Diperkenalkan jurus. Murid menirukan disebut juga : asal tau jalan
2. Tuntun. Latihan gerak bela yang dituntun oleh guru dengan teknik dan aplikasi jurus
3. Sambut. Murid tanding dengansesama murid atau guru dengan menggunakan jurus.
Secara fundamental ada 12 jurus dalam beksi dibeberapa tempat disebut dengan nama yang berbeda.
Berikut nama-nama jurus beksi berdasarkan wilayahnya:
DAERAH I
1. Jurus Beksi
2. Jurus Gedig
3. Jurus Tancep
4. Jurus Cauk
5. Jurus Broneng
6. Jurus Bandut
7. Jurus Beksi Satu
8. Jurus Silem
9. Jurus lokbe
10. Jurus Bolang Baling
11. Jurus Janda Berias
12. Jurus Panca Lima
DAERAH I I
1. Jurus Beksi
2. Jurus Gedig
3. Jurus Tancep
4. Jurus Ganden
5. Jurus Bandut/bandul
6. Jurus Broneng
7. Jurus Tingkes
8. Jurus Rusia Pecah Tiga
9. Jurus Bolang Baling
10. Jurus Gebal
11. Jurus Kebut
12. Jurus Petir
DAERAH III
1. Jurus Beksi
2. .Jurus Gedig
3. .Jurus Tancep
4. .Jurus Ganden
5. .Jurus Bandut/bandul
6. .Jurus Broneng
7. .Jurus Tingkes
8. .Jurus timpug
9. .Jurus Kebut
10. .Jurus Tiga
11. .Jurus Galang Tiga
12. .Jurus Galang Lima
DAERAH IV
1. Jurus Beksi
2. .Jurus Gedig
3. .Jurus Tancep
4. .Jurus Ganden
5. .Jurus Kebut
6. .Jurus Broneng
7. .Jurus Beksi Satu
8. .Jurus Ganden Susun
9. .Jurus Tingkes
10. .Jurus Silem
11. Jurus Timpug
12. Jurus Tunjang/Petir
Pelajaran senjata juga diberikan yaitu ilmu golok yang terdiri dari dua jurus yaitu jurus golok satu dan dua. Jurus golok satu dipecah lagi jadi jurus satu hingga jurus tujuh. Sedangkan jurus golok dua dipecah menjadi 2 jurus yaitu jurus satu dan dua.
Kombinasi jurus baik tangan kosong maupun golok sangat sanagt penting dalam beksi sehingga bisa bercipata berbagai jurus lagi misalnya : Jurus bandut tepuok, jurus bandut galang, dll.
“ Lu jual gue beli”
“Lu jangan amen pukul aje, maen hakin sendiri. Pakelah ilmu padi, mangkin berisi mangkin merunduk”
(Jakarta 15 Juni, 2005, IS)