Dua Tahun Menjadi ‘Gila’
Hari itu, dua tahun sudah kiprah anak muda yang menyatakan dirinya ‘gila’. Kegilaan yang timbul karena kecintaan yang demikian mendalam pada budaya bangsa sendiri yaitu : pencak silat khususnya yang masih beraroma tradisional. Kiprah para ‘penggila’ pencak silat tradisional.
Hari itu sabtu 21 Juni 2008; dua tahun lalu tepatnya tanggal 10 Juni 2008; belasan anak muda—yang bukan kesemuanya adalah praktisi/pendekar silat—berkumpul dengan beberapa sesepuh di Padepokan Pencak Silat, Taman Mini Indonesia Indah, Jakarta Timur dan bersepkat kata untuk mendirikan sebuah komuntas pencak silat. Berangkat dari keprihatinan akan nasib dan kondisi pencak silat tradional di Indonesia yang diambang kepunahan. Tujuan pun sederahana : mengadakan dokumentasi pencak silat tradisional agar bisa dikenal masyarakat luas dan pada akhirnya pencak silat menjadi tuan di rumah/negeri sendiri; dengan dicintai oleh kaum mudanya.
Nama yang dipilih adalah Forum Pecinta dan Pelestari Silat Tradisional Indonesia (FP2STI). FP2STI yang lebih sering hanya disebut “Forum”, berjalan dengan seadanya dan bermodalkan semangat dan tekad yang kuat; tanpa duit banyak di kantong atau fasilitas lainnya yang menjanjikan. Forum yang terus berjalan dan berkembang dengan semangat yang lebih mengedepankan sebagai komunitas, komunitas SAHABAT SILAT.
Dan kini, di tempat yang sama pula; dari hanya belasan orang yang dulu pernah hadir dalam pembentukan ‘forum’; pada peringatannya yang kedua, dihadiri oleh tidak kurang dari 50 orang para penggiat, pemerhati, pecinta dan penggila silat tradsional.
Hadir pada kesempatan ini adalah para tamu dari Banten, sesepuh pencak silat Bandrong; terlihat juga Pak Tubagus Bambang Sudrajat, pelatih silat Tradisional cingkrik Goning; Pak Haji Ceng Suryana dan Pak Haji Azis dari Cikalong Pancer Bumi, Cianjur ; juga ada Pak Edward Lebe, sesepuh Baringin Sakti/SMI yang juga memiliki andil ketika pembentukan forum ini; serta para pendekar lainnya, termasuk yang bukan pendekar, pekerja kantoran, professional muda, pengangguran, penggembira atau yang sekedar ingin tahu saja.
Dengan dibuka oleh Uda Alda Amtha, Koordinator umum --yang menggantikan Mas Eko Hadi yang karena kesibukannya tidak lagi berkesempatan berkiprah bersama pada forum ini--; acara peringatan pun dibuka. Uda Alda mengucapkan selamat datang dan terima kasih pada semua hadirin yang hadir sebagai bentuk kepedulian pada pencak silat tradisional. Peringatan ini sebenarnya hanyalah semacam tonggak pengingat bahwa belum apa-apa yang kita lakukan dalam dua tahun ini; sebuah ajang agar refleksi diri dilakukan ; sehingga dengan tetap semangat terus melangkah dan berjuang bagi kelestarian pencak silat tradisional.
Uda Alda kemudian meneruskan dengan mengungkapkan apa saja yang telah dilakukan oleh forum selama ini—walau belum banyak dan berarti—sebuah upaya pelestarian pencak silat tradisional mulai dari diskusi rutin bulanan dengan mengundang berbagai tokoh dan aliran; publikasi di situs/website/milis internet, wisata silat, mengisi acara di TV/radio, juga pubikasi di Koran/majalah, mengadakan pelatihan silat tradsional, terlibat dalam pendataan/pendokumentasian serta juga memperbaiki organisasi pencak silat tradisonal. Sebuah sumbangsih yang mungkin masih tergolong kecil dan mungkin kurang berarti namun dilakukan dengan penuh keihklasan, semangat dan dengan biaya swadaya alias seadanya dari kantong sendiri.
Kesempatan selanjutnya kemudian diambil oleh salah seorang sesepuh forum yaitu Iwan Setiawan yang juga pelopor ‘gila silat’ sekaligus ketua umum IPTI (Ikatan takut istri he he he..:)). Kang Iwan mengisahkan sejarah berdirinya forum yang semula hanya belasan orang, namun terus berusaha untuk melanjutkan visi dan misinya. Dengan kerja keras dan semangat pantang menyerah membuat perjalanan forum ini tetap eksis hingga menapak usia dua tahun, sebuah usia yang bagi manusia adalah tahap yang sangat kecil (bayi); yang baru belajar merangkak…
Kang Kiki alias nagapasa, juga menuturkan meningkatnya para anggota baik dari milis maupun forum diskusi Sahabatsilat.com; yang kesemuanya menunjukkan bahwa saat ini di dunia maya; kita (forum) adalah acuan utama untuk informasi tentang pencak silat. Jumlah anggota milis saja(silatindonesia@yahoogroups.com ) saat ini berjumlah ribuan orang (berapa tepatnya Kang? Lupa neh..dua ribu lebih ya kalo gak salah dua ribu empat ratus orang )/ Demikian juga hit (mereka yang membuka mengakses situs ini) per hari terhadap www.sahabatsilat.com atau www.silatindonesia.com juga menunjukkan grafik dan trend yang menanjak.
Sebuah prestasi yang tidak kecil karena situs ini dipandang sebagai sumber dan acuan utama informasi di internet tentang pencak silat tradisional. Prestasi yang juga sekaligus menuntut kerja keras dan tanggung jawab lebih lanjut untuk mempertahankan sekaligus meningkatkan kualitas pelayanan terhadap dunia pencak silat (tradisional).
Acara kemudian beranjak ke perkenalan anggota atau para hadirin. Satu per satu para hadirin memperkenalkan dirinya juga nama mereka di dunia maya. Memang kebanyakan para peserta mengenal forum ini lewat dunia internet; terkecuali para silat tradisonal yang pernah kita datangi atau diundang secara khusus.
Semuanya adalah Semata Ibadah
Usai acara perkenalan, Pak Eddy Nalapraya pun tiba di pertemuan. “Saya dipanggil oleh gubernur yang sedang akekah-an anaknya”, ujar Pak Eddy sambil minta maaf pad ahadirin; sebenarnya beliau sudah berada di PAdepokan TMII sejak pagi hari sebelum panggilan mendadak itu. Kemudian setelah acara selesai, Pak Eddy pun meluncur kembali ke Padepokan untuk menghadiri acara dengan komunitas sahabat silat ini.
Dalam sambutannya Pak Eddy dengan lugas—setengah berseloroh--mengatakan “Baru dua tahun ya…itu belum apa-apa …Ane sudah 30 tahun. Gak ada kapoknya!”, yang disambut dengan tepuk tangan meriah para hadirin. Memang pengabdian ikhlas pada pencak silat yang ditunjukkan oleh Pak Eddi Nalapraya sungguh patut diteladani. Mengapa bia demikian lama berkecimpung pada dunia pencak silat? Beliau pun memberikan rahasianya. “Bagi saya berjuang untuk pencak silat itu ibadah”, ujar Pak Eddy, “saya melakukannya semata untuk Allah dan hasilnya biarlah nanti di Surga”. Dengan semangat inilah maka demikian banyak pengorbanan yang dilakukan hingga puluhan tahun termasuk menjual rumah, tanah, harta habis ..tidaklah menjadi beban yang berat. Karena semua semata ibadah saja. Tidak lebih.
Demikianlah kita hendaknya menghayati ulang tahun kedua komunitas sahabat silat ini; sebagai semata ibadah pada Sang Khalik dengan melestarikan budaya leluhur bangsa: pencak silat tradisional.
Tumpeng Orang Awak
Puncak acara adalah pemotongan tumpeng yang dilakukan oleh Koordinator forum Uda Alda dan diberikan kepada Pak Eddy Nalaparaya serta sesepuh dari Pencak silat Bandrong, Haji Satibi. Ada yang unik dengan tumpeng ini, seorang rekan berkomentar karena tumpeng ini dibuat oleh orang padang (orang awak), maka bentuknya lebih mirip dengan pucuk rumah gadang. “sayang tanduknya cuman satu”ujarnya sambil tertawa lepas. Tawa dan canda macam ini adalah hal yang lumrah dalam komunitas ini
Acara pun diakhiri dengan poto bersama dan makan siang seadanya.
Penulis : Ian Samsudin ( Silatindonesia.com)
FOTO by : princeofbatavia.multiply.com