Subur Rahardja from Bangau Putih



Subur Rahardja lahir pada tanggal 4 april 1925 dengan nama Lim Sin Tjoei dari seorang ayah bernama Lim Kim Bauw. Subur Rahardja sejak kecil telah dididik berdisiplin keras. Berasal dari keluarga pesilat, sejak usia 6 tahun belajar silat langsung dari ayahnya dan dari bapak Gusti Agung Gede Agung Djelantik Balewangse (guru ayahnya) serta dari beberapa orang guru silat ternama, seperti Sutur, Bapak Mada (anak didik Mbah Sair dari kampung baru kalibata dan Haji Dulhamid dari Tarikolot Cimande), Tjong Kim Nji, Liu Tay Chi (yang banyak mengajar jurus bangau), Bapak Sabuy. Hal ini dilakukan sampai beliau berumur 25 tahun. Ilmu yang dipelajari adalah ilmu gabungan yang kemudian diambil intinya. Ilmu yang banyak mempengaruhi gerakannya adalah Kungfu Shaolin Selatan dan beberapa aliran Pencak Silat. Ditambah lagi ia senang mengamati alam sehingga gerakan-gerakan beladirinya lebih banyak mengambil prinsip dari alam. Gerakan yang diperoleh diramu menjadi jurus-jurus seperti jurus bangau, macan, ular, monyet, ayam hutan, dan burung merak.

Setelah menarik minat dari rekan-rekan sekelilingnya, maka beliau mencetuskan gagasan untuk membentuk suatu wadah yang diberi nama Persatuan Gerak Badan disingkat PGB dengan lambang Bangau Putih. Ternyata gagasan ini direstui oleh ayah beliau beserta The Hong Kie dan Tjio Swie Hong. Maka pada tanggal 25 desember 1952 secara resmi lahirlah Perguruan Silat Persatuan Gerak Badan dengan lambang Bangau Putih, dan diangkatlah Bapak Mada sebagai sesepuh perguruan. Bangau Putih diambil lambang karena berwarna putih bersih, lemah gemulai, tenang, suka berkumpul dan hidup di lima alam.

Sejak saat itu beliau mulai mengajarkan ilmu silatnya, dan mula mengangkat murid angkatan pertama dengan jumlah 18 orang yang masih dilingkungan keluarga, di antaranya adalah Hardja Lugina, Jo Tjin Kie, Tan Sing Kun, Tjun Liong, Tang Kong Hwa, Ong Kiat Hoey, Jhon Atmadja dan lainnya.

Lama kelamaan perguruan ini berkembang dengan pesat dan makin banyak menarik minat masyarakat luas. Pada tahun 1954 karena kurang memadai tempat latihan maka tempat latihan dari Pakulitan Lebak Pasar dipindahkan ke Gedong Dalam Bogor di Jalan Surya Kencana. Dengan tempat latihan yang lebih memadai membuat perguruan ini berkembang dengan cepat dan mempunyai banyak anggota. PGB Bangau Putih merupakan salah satu perguruan yang pertama kali melakukan pembauran tanpa memandang suku, ras, dan agama. Hal ini dilandasi dengan falsafah perguruan yaitu cinta kasih dan persaudaraan.

Dua tahun setelah berdiri(1954), PGB Bangau Putih bergabung dengan anggota PPSI, dant ahun 1976 PGB Bangau Putih resmi menjadi anggota IPSI Bogor dan turut berpartisipasi dalam kegiatan yang dilaksanakan oleh IPSI.

Sejak tahun 1967 tempat latihan dipindahkan ke Kebon Jukut No.1 Bogor, hal ini berlangsung hingga sekarang, dan sejak itu perguruan PGB Bangau Putih semakin berkembang. Subur Rahardja berpendapat bahwa pada suatu saat perguruan ini harus diwariskan kepada murid-muridnya. Maka berlandaskan pendapat itu maka beliau memutuskan untuk membentuk 18 pewaris yang biasa disebut Sin Pay Touw Tee huruf Ban dan ini terjadi pada tahun 1972. Pada tahun 1974 membentuk blok 41 yang disebut dengan warga perguruan, dan selanjutnya pada tahun 1978 membentuk Sin Pay Touw Tee huruf Goan.

Setelah beliau wafat, PGB Bangau Putih selanjutnya dipimpin oleh anaknya, Gunawan Rahardja, yang selain menekuni ilmu silat yang juga terjun dalam dunia pengobatan

www.silatindonesia.com


Related Tags :